Mengenal Lebih Dekat Sosok Dr. Ir. Muh. Nur Sangadji, DEA! Mahasiswa Untad Pasti Familiar Dengan Sosoknya!

  • Post author:

Berbicara mengenai sosok inspiratif Universitas Tadulako, Dr. Ir. Muh. Nur Sangadji, DEA merupakan salah satu sosok teladan yang cukup familiar di lingkungan Universitas Tadulako. Salah satu dosen Fakultas Pertanian ini dikenal aktif dan tak jarang di undang untuk menjadi pembicara, narasumber ataupun sebagai pengamat di berbagai seminar pemerintah, swasta ataupun di RRI dan televisi daerah Sulteng. Selain itu beliau juga aktif mengajak anak muda Kota Palu untuk lebih aktif dalam berbahasa asing terutama bahasa inggris di basecamp beliau di Juanda English Club, Anjungan English Club dan Garage English Club . untad.ac.id pun berkesempatan untuk berbincang lebih dalam dengan dosen Agroteknologi  yang fasih dalam 3 bahasa (Indonesia, Inggris dan Perancis) sekaligus alumni dari Université Jean Moulin Lyon 3, Paris, Prancis. Mari mengenal lebih dekat dengan beliau!

Suasana Interview untad.ac.id bersama Dr. Ir. Muh. Nur Sangadji, DEA!
  1. Sejak kapan anda mulai menjadi bagian di Universitas Tadulako?
  • Menjadi bagian dari Universitas Tadulako sejak Mahasiswa S1 tahun 1982 dan mulai sejak tahun 1991,  menjadi dosen di Fakultas Pertanian hingga saat ini.
  1. Menjadi sosok yang inspiratif, seperti apa anda dibesarkan saat kecil?
  • Saya lahir dan dibesarkan di Tidore dan Ternate, Maluku Utara. Saya SD Pertiwi dan Pesantren Al Khairat sekitar tahun 70an dan kemudian melanjutkan SMP saya di SMP Islam Muhamadiah. Saya berasal dari keluarga yang sederhana. Ayah saya seorang Penjahit dan sebagai ketua RT pada saat itu sedangkan Ibu saya adalah seorang Ibu rumah tangga biasa. Bagi saya, sosok Ayah saya adalah sosok yang saya jadikan panutan karena beliau sangat profesional dalam menjalankan pekerjaannya sebagai ketua RT meskipun dilakukan tanpa menerima upah pada saat itu. Sering menangani konflik antar masyrakat, membantu urusan mereka dan sebagainya membuat karakter kepemimpinan ayah saya menjadi barometer bagi saya.
  1. Bagaimana sosok anda saat masih di usia belia?
  • Sejak SMP dan SMA saya sering mengikuti organisasi dan menjadi wakil ketua OSIS di sekolah. Selain itu saya pun aktif dalam kegiatan Remaja Mesjid yang sering mengajak masyarakat sekitar untuk lebih sering beribadah di mesjid dan ikut terlibat dalam kerja bakti kampung dan rumah ibadah.
  1. Bagaimana sosok anda saat masih menjadi mahasiswa?
  • Saat duduk di bangku perkuliahan saya pernah menjadi ketua SENAT di FAPERTA yang pada saat itu belum ada istilah BEM seperti sekarang. Kemudian pada tahun yang sama saya juga menjabat sebagai Ketua HMI Cab Palu periode 1985 – 1986.
  1. Menjadi lulusan Universitas di Prancis, bagaimana kisahnya?
  • Saya berangkat ke Prancis pada tahun 1994. Saya ingat waktu itu saya terpilih setelah melewati berbagai macam penilaian bersama sekitar 30 dosen Tadulako yang ikut mendaftar. Mempersiapkan diri selama satu tahun, saya ingat waktu itu saya benar-benar total  dalam menampilkan skill saya semaksimal mungkin. Saat mendapatkan pertanyaan pertama dari tim penilai saya menjawab dengan sangat baik, cukup panjang dan lancar sehingga cukup meyakinkan mereka saat itu. Saya sempat bingung saat mereka melemparkan pertanyaan kedua yang sebenarnya saya kurang pahami, tapi dengan cepat saya menjawab pertanyaan mereka dengan jawaban “ Ok. Thank you very much for the question. Just like I mention before…* Ok. Terima kasih banyak atas pertanyaannya. Seperti yang telah saya katakan sebelumnya…*” kemudian jawaban saya dipertanyaan pertama saya uraikan kembali sedemikian rupa sehingga membuat tim penilai pada saat itu semakin yakin bahwa saya memiliki potensi untuk terpilih melanjutkan S2 saya di Perancis.
  1. Apa pengalaman yang paling sulit dilupakan saat belajar di prancis?
  • Belajar diluar negeri pada saat itu sangat berkesan bagi saya. Apalagi itu adalah untuk pertama kalinya saya menginjakan kaki di Prancis. Beberapa hari berada disana, saya semangat sekali. Meskipun begitu, sekitar 1 minggu saya sudah merasakan homesick yang cukup mendalam. Apalagi saya harus meninggalkan istri dan anak saya untuk belajar disini yang membuat saya harus mencari cara agar tetap semangat di Prancis meskipun jauh dari keluarga dan kerabat. Akhirnya saya menyibukan diri untuk belajar bela diri dan aktif berolahraga tennis bersama teman-teman disana. Selain itu saya juga harus belajar untuk memasak selama kuliah di Prancis. Teman saya pernah bertanya “Ini masakannya kenapa asin sekali?”, saya pun menjawab “Sedangkan masakan dikasi garam sedikit saja sudah enak, apalagi kalau di kasih banyak?!”. Lama kelamaan masakan saya sudah mulai enak untuk saya makan dan tidak terlalu asin lagi. Selain itu, saya juga terlibat dalam perhimpunan organisasi internasional yang bersifat sukarela dibangun oleh Masyarakat Perancis. Organisasi itu bernama Les association les etudiante l’etrangger eng Fance (Asosiasi Mahasiswa Asing di Perancis).  Pengalaman saya pun saya tuangkan dalam buku saya berjudul “ Di kaki menara Eifel” yang menceritakan pengalaman saya selama mengenyam pendidikan di Prancis.
  1. Setelah menjadi seorang dosen cukup lama, apa kebiasaan mahasiswa Untad yang menurut anda perlu untuk diperbaiki?
  • Saya melihat mahasiswa yang saya temui selama ini cenderung berpikir instan. Maksudnya adalah karakter yang ingin segera mendapatkan keinginannya namun lupa bahwa segala sesuatu membutuhkan proses usaha dan waktu. Oleh sebab itu saya sering menyampaikan kepada mahasiswa saya agar tidak mudah menyerah dan terus belajar hal hal baru agar menjadi manusia yang kaya akan ilmu pengetahuan di masa depan dan bermanfaat bagi sesama. Dedikasi pun penting dimiliki oleh setiap mahasiswa. Saya dulu pernah bekerja di sebuah perusahan perkebunan swasta nasional sebagai asisten  manager dengan gaji yang cukup besar, namun karena hasrat untuk menjadi seorang pengajar lebih besar di diri saya, maka saya memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan saya sebelumnya dan menjadi seorang dosen. Pada saat saya bertemu teman saya kembali yang sudah berpangkat sebagai manager di perusahaan tersebut, pas saya tanya gaji nya berapa dia menjawab 60 juta. Sebelum dia tanya gaji ku, biasanya saya sudah pergi duluan *haha*. Tapi Tuhan memang selalu memiliki rencana yang lebih baik karena jika saya mungkin tetap bekerja disitu, saya tidak akan pergi ke Paris, Jepang, Australia dan melihat dunia yang lebih luas sebagai seorang dosen.

 

  1. Beritahukan kepada kami satu hal yang jarang diketahui orang lain tentang diri anda?
  • Saya sebenarnya pribadi yang cukup sulit untuk mengatakan “tidak” atau menolak permintaan/tawaran seperti menjadi penceramah, narasumber seminar, makala dan sejenisnya yang datang dari berbagai  kalangan terutama  mahasiswa bahkan hingga  anak SD. Padahal saya biasanya belum ada persiapan tapi saya tetap mengatakan “Iya” sehingga saya banyak mempersiapkan segala sesuatunya secara spontan. Sebaliknya saya juga sulit untuk mengatakan “Ya” pada sesuatu yang prinsip nya bertentangan dengan hati nurani saya apalagi yang sifat nya untuk kepentingan umum.
    Saya pun mencoba untuk menerapkannya kepada siapa pun baik itu keluarga, kalangan kecil bahkan atasan sekalipun.  Saya berusaha untuk selalu tulus, logis dan santun. Live is care, share, and responsibility.

 

  1. Menjadi seorang dosen pertanian tidak menyurutkan semangat anda untuk mendorong anak-anak muda kota Palu agar mahir berbahasa inggris. Menurut anda sepenting apa bahasa inggris sehingga harus kita pelajari?
  • Simpelnya seperti ini, jika kita mahir berbahasa jawa, InsyAllah kita hanya bisa berbicara dengan orang jawa, bila mampu berbahasa kaili maka InsyAllah kita akan bisa berkomunikasi dengan orang kaili. Jika kita mahir dalam bahasa bugis maka InsyAllah kita bisa berkomunikasi dengan orang bugis. Dan, jika kita mahir berbahasa Indonesia, maka kita pun bisa berbicara dengan semua suku bangsa yang ada di Indonesia. Jika kita mahir berbahasa inggris maka InsyAllah kita akan bisa berkomunikasi dengan masyarakat dari seluruh DUNIA. Maka siapa saja yang ingin terhubung dan ingin bekerjasama dengan manusia dari seluruh dunia, Maka bahasa inggris wajib untuk di pelajarinya.
Dosen Agroteknologi Untad yang Fasih dalam 3 Bahasa (Perancis, Inggris dan Indonesia)

 Apa cita2 anda yang sampai sekarang masih belum terwujud?

  • Cita-cita saya sekarang adalah membahagiakan keluarga, anak isteri dan  terutama kedua orang tua saya. Karena ayah saya meninggal sejak saya kelas 2 SMA, maka Ibu saya sekarang adalah salah satu fokus saya untuk saya bahagiakan.  Saya ingat betul ketika kedua orang tua saya sempat kebingungan, bagaimana membiayai pendidikan saya ketika saya menjadi juara umum di sekolah saat saya duduk di sekolah dasar. Ayah saya sampai menangis waktu itu.   Sesudah itu,, beliau berpulang pula.. Alhamduliilah, paman/adik Bapak saya,  Hasan Sangadji, mengambil alih tanggung jawab, maka saya kemudian tetap melanjutkan sekolah.  Saya ingat betul, ketika saya dikukuhkan menjadi seorang Doktor, saya pun sempat berlinang air mata karena mengingat ayah saya yang sempat menangis  memikirkan biaya  pendidikan saya.  Alhamduliah saya diberi kesempatan untuk bisa mengenyam pendidikan hingga ke jenjang Doktor seperti sekarang.  Oleh karena itu, kepada mereka yang telah berjasa dalam kehidupan saya baik itu dari keluarga hingga seluruh karib semasa sekolah, saya haturkan banyak terima kasih, semoga Allah membalasnya dengan balasan yang setimpal. AamiinNarasumber :  Dr. Ir. Muh. Nur Sangadji, DEA
    Pewawancara & Penulis : Arba Arief