Sosialisasi Beasiswa Internasional Office Untad Hadirkan Alumni Dikti, LPDP dan Australia Awards

  • Post author:

Mendapatkan kesempatan belajar di luar negeri melalui beasiswa merupakan salah satu keinginan setiap mahasiswa tak terkecuali Mahasiswa Universitas Tadulako. Pengalaman belajar di luar negara Indonesia, bertemu mahasiswa lainnya dari berbagai negara serta pembiayaan yang tidak di bebankan kepada penerima beasiswa menjadi salah satu alasan mengapa beasiswa luar negeri masih menjadi primadona di Indonesia.

Melihat tinggi nya animo mahasiswa untuk memperoleh beasiswa short course, S2 dan S3 diluar negeri, International Office Untad menggelar Sosialisasi Beasiswa dan Edukasi Budaya “ Socialization Of Scholarship, Introduction Of Education and Culture Of Japan, Thailand and Philippines ” pada Sabtu (10/02) Pagi bertempat di Theater Room Universitas Tadulako.

Dalam sambutannya, Prof. Ir Marsetyo, M.Sc.Ag., Ph.D selaku Kepala iO Untad menuturkan apresiasi atas terselenggaranya sosialisasi beasiswa sekaligus perkenalan budaya Mahasiswa Pertukaran asal Thailand dan Filipina.

“ Saya sangat mengapresiasi semangat para peserta sosialisasi beasiswa yang tetap hadir meskipun di hari libur seperti ini. Hal tersebut menandakan bahwa Mahasiswa sekalian antusias untuk memperoleh informasi mengenai beasiswa khususnya beasiswa keluar negeri. Acara ini sekaligus menjadi acara silaturahmi antara mahasiswa Palu dengan mahasiswa pertukaran asal Thailand dan Filipina karena minggu depan mereka akan kembali ke negara nya. Saat ini kita berada di era global yang penuh persaingan, sehingga jika kita tidak memiliki kawan international maka akan sulit untuk membangun koneksi yang lebih luas. Dengan hadir nya ketiga speakers saat ini di harapkan dapat membuka wawasan anda khusus nya informasi beasiswa tentang Dikti, LPDP dan Australia Awards.” Ujar Prof. Marsetyo.

Pada kesempatan tersebut, International Office Untad menghadirkan tiga pemateri yang telah mendapatkan beasiswa luar negeri di antara nya ;

– Pasjan Satrimafitrah Ph.D, penerima Beasiswa Dikti & Alumni University of Miyazaki, Jepang

– Muh. Reza Rizqi P. Sangadji ST M.Sc, Penerima Beasiswa LPDP & Alumni University of Brimingham – S2 Urban & Regional Planning UK

– Moch Arief Bachtiar S.Sos, Penerima Beasiswa Short Course Australia Awards 2017 sekaligus ASEAN Youth Ambassador of Indonesia 2017 Central Sulawesi Province.

Pada sesi pertama, Pak Pasjan memaparkan tentang beasiswa LN Dikti yang di dapatkan nya serta cara untuk mendapatkan kesempatan berkuliah di Jepang.

“ Untuk bisa mendapatkan beasiswa ke Jepang ada beberapa jalur yang bisa anda semua coba seperti beasiswa Pemerintah Jepang MEXT, JASSO, LPDP, LN DIKTI, ROTARY YONEYAMA MEMORIAL FOUNDATION dan KOHNAN ASIA. Jika anda tertarik mencoba beasiswa MEXT misalnya, semua tahapan seleksi di fasilitasi oleh kedutaan besar Jepang yang ada di Indonesia. Kemudian anda akan melewati seleksi berkas dan wawancara di kantor kedutaan Jepang. Beasiswa ini cukup kompetitif karena mencakup pendaftar se Nusantara. Kalau saya pribadi mendapatkan sekolah di Jepang melalui beasiswa LN DIKTI yang khusus untuk Dosen PTN, PTS dan Yayasan. Saat ini beasiswa Dikti memberikan tunjangan tambahan jika anda membawa keluarga seperti istri dan anak anak anda sembari kuliah.” Jelas Pak Pasjan.

Beliau juga turut berbagi pengalaman nya selama di Jepang yang pernah berpartisipasi memperkenalkan budaya Indonesia di Miyazaki International Festival dan ikut serta menjadi guru sukarelawan untuk mempromosikan kehidupan Indonesia kepada anak anak sekolah dasar di Jepang.

Pada sesi kedua, Muh Reza Rizqi P. Sangadji menuturkan  mengenai proses nya memperoleh S2 di Inggris melalui beasiswa LPDP.

“ Sebenarnya mudah saja untuk memperoleh beasiswa ini jika kita telah memenuhi syarat syarat yang mereka berikan.  Saya sarankan mulai dari sekarang anda harus meningkatkan kompetensi bahasa inggris anda melalui test TOEFL untuk dalam negeri dan IELST untuk luar negeri. Hal yang paling penting adalah bagaimana anda dapat meyakinkan tim LPDP untuk memilih anda melalui aksi aksi sosial yang pernah anda buat atau misi anda usai menerima dan lulus dari beasiswa LPDP. Mereka tidak terlalu berpatok pada IPK anda yang tinggi atau kemampuan berbahasa inggris semata, melainkan tujuan dan keinginan anda membangun negeri usai mendapatkan beasiswa ini.” Ujar Reza Rizki.

Reza pun menambahkan ketika dia ingin mendapatkan beasiswa LPDP, ia pun melengkapi semua usaha nya dengan berdoa serta meminta restu kedua orang tuanya agar impiannya melanjutkan studi di luar negeri dapat terwujud. Usaha nya pun berbuah manis dengan menyelesaikan pendidikan masternya di bidang Urban and Regional Planning di Inggris pada tahun 2017.

Di kesempatan yang sama, Moh Arief Bachtiar S.Sos menjelaskan proses terpilihnya sebagai Duta Muda ASEAN 2017 Provinsi Sulawesi Tengah dari Kementerian Luar Negeri Indonesia sekaligus menerima Beasiswa Studi Singkat Australia Award di Cairns, Port Douglas, Gold Coast Queensland yang juga sempat mengunjungi Kota Sydney, Australia.

“ Terpilih di kedua program tersebut bukanlah hal yang saya rencanakan jauh jauh hari. Saya hanya terus belajar dan tetap menambah kapasitas saya meskipun telah lulus dari bangku kuliah. Untuk bisa lolos di Program Pemilihan Duta Muda ASEAN saja, saya harus bersaing dengan 700 lebih pendaftar se Indonesia sehingga bisa masuk top 50 mewakili Sulawesi Tengah untuk menjadi bagian dari ASEAN Youth Ambassador of Indonesia 2017 dengan masa bakti hingga 10 tahun kedepan. Sedangkan untuk bisa lolos beasiswa Short Course Australia Awards, saya terpilih bersama 29 awardee lainnya dari 913 pendaftar se Indonesia timur. Yang saya lakukan adalah terus belajar berbahasa inggris dan aktif membuat program sosial yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat atau kebijakan pemerintah. Inti nya adalah kita harus terus belajar hal baru setiap waktu karena kesempatan hanya akan datang kepada orang yang telah mempersiapkan diri.” Jelas Arief.

” Untuk mendapatkan beasiswa S2 dan S3 Australia Awards, persyaratannya tidak jauh berbeda dengan LPDP seperti nilai IPK, Skor IELST dsb. Untuk beberapa beasiswa Short Course tertentu, bahasa inggris menjadi poin plus namun bukanlah prioritas utama. Hal yang penting untuk mendapatkan beasiswa Short Course lebih kepada kontribusi yang telah kita lakukan terhadap bidang bidang tertentu di antara nya bidang kesehatan, sosial, pariwisata, teknologi (aplikasi startup misalnya), fashion dan beasiswa khusus untuk orang-orang disabilitas.” Tambah Arief.

Arief pun turut membagikan ilmu yang di dapatkan nya selama ini sekaligus pelajaran yang ia dapatkan selama berada di Australia seperti cara membangun bisnis Lingkungan dan Pariwisata, menjadi seorang Travel Blogger dan Tour Guide.

Usai ketiga speakers memaparkan informasi beasiswa dan pengalamannya, acara kemudian di lanjutkan dengan edukasi pengenalan budaya oleh mahasiswa pertukaran asal Filipina dan Thailand.

Rogen Jhon O. Naval, Rochael B. Parcon dan Quennie D. Millor mempresentasikan  budaya dan profil Negara Filipina sekaligus mempertujukan pakaian khas Filipina yang telah mereka kenakan.

Sedangkan Achiraya Sawamiphak dan Saruta Theplamluek asal Thailand memperkenalkan Universitas asal mereka Phetchaburi Rajabhat University dan mengajarkan peserta sosialisasi huruf huruf percakapan dalam bahasa Thai.

Mahasiswa Pertukaran Asal Filipina
Mahasiswa Pertukaran Asal Thailand

Di akhir acara, Gabriela Moniz Da Silva selaku Mahasiswa Internasional Untad asal Timor Leste menjelaskan pengalamannya mewakili Universitas Tadulako di International Summer Camp Thailand yang partisipan nya berasal lebih dari 60 negara. Gabriel mengatakan bahwa saat mengikuti Summer Camp ini banyak mahasiswa asli Untad yang enggan mengikuti camp ini karena keterbatasan dalam berbahasa inggris. Ia mendorong mahasiswa Universitas se Kota Palu yang hadir untuk mengikuti Summer Camp ini tahun depan.

“ Sedangkan saya saja yang bukan asli Indonesia, sangat bangga ketika memperkenalkan diri sebagai Mahasiswa asal Universitas Tadulako di sana. Kalian sebagai putra/i asli Sulawesi Tengah harus berani untuk mengikuti program ini karena begitu banyak manfaat di dalam nya. Saya berharap tahun depan, ketika acara sosialisasi ini di gelar kembali, saya ingin salah satu peserta yang ada disini menggantikan posisi saya untuk berbagi pengalaman nya di Summer Camp tahun depan.”  Tantang Gabriel kepada Peserta Sosialisasi.

Acara yang di hadiri lebih dari 400 peserta tak hanya datang dari Universitas Tadulako saja melainkan perwakilan dari kampus yang ada di Kota Palu seperti Universitas Muhammadiyah Palu, Universitas Alkhairat, IAIN Palu dan STIE Panca Bhakti Palu. Kemudian acara di lanjutkan dengan sesi tanya jawab dan di tutup dengan Foto Bersama. AA