Untuk pemetaan kembali Kota Palu, Sigi dan Donggala pasca gempa, tsunami dan likuifaksi, Badan Informasi Geospasial pada Rabu (31/10/18) Siang melakukan kunjungan ke Universitas Tadulako yang disambut langsung Rektor Untad – Prof. Dr. Ir. Muhammad Basir SE MS dan Dr. Zefitni, MT selaku Akademisi Teknik Geologi guna berkolaborasi dengan Para Akademisi Untad terkait keilmuan geologi dan geografi.
Prof. Dr. Ir. Hasanuddin Zainal Abidin, M.Sc. Eng selaku Kepala Badan Informasi Geospasial menuturkan maksud kedatangan beliau kepada Rektor Untad untuk pendataan Geospasial dilokasi bencana. Berdasarkan UU No. 4 Tahun 2011 Tentang Informasi Geospasial pasal 1-4 menerangkan, spasial adalah aspek keruangan suatu objek atau kejadian yang mencakup lokasi, letak, dan posisinya. Geospasial atau ruang kebumian adalah aspek keruangan yang menunjukkan lokasi, letak, dan posisi suatu objek atau kejadian yang berada di bawah, pada, atau di atas permukaan bumi yang dinyatakan dalam sistem koordinat tertentu.
Data Geospasial yang selanjutnya disingkat “DG”, adalah data tentang lokasi geografis, dimensi atau ukuran, dan/atau karakteristik objek alam dan/atau buatan manusia yang berada di bawah, pada, atau di atas permukaan bumi. Informasi Geospasial yang selanjutnya disingkat IG adalah DG yang sudah diolah sehingga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam perumusan kebijakan, pengambilan keputusan, dan/atau pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan ruang kebumian.
“ Kami dari Badan Informasi Geosplasial ingin memetakan kembali lokasi di area pasca bencana yang terjadi September kemarin di Palu, Sigi dan Donggala. Oleh karena itu, kami menginginkan agar dapat berkolaborasi dengan institusi pendidikan seperti Universitas Tadulako kedepannya.” Papar Prof. Hasanuddin.
Beliau turut memaparkan bahwa bencana Gempa yang terjadi pada September kemarin merupakan hal yang tidak mengejutkan lagi bagi beliau. Menurutnya, Kota Palu yang berada di bawah ‘Cincin Api’ dan Palu Koro telah diprediksikannya sejak lama akan menimbulkan Gempa yang kuat dikemudian hari yang terjadi pada September kemarin. Hanya saja fenomena tsunami dan likuifaksi yang terjadi pasca gempa menjadi hal yang terjadi diluar prediksi.
“ Tsunami yang terjadi pada September yang lalu kemungkinan besar diakibatkan oleh Gempa yang cukup kuat sehingga terjadi longsor didalam laut yang menghasilkan energi yang mampu menghasilkan Tsunami sehingga menghantam kawasan di Palu dan Donggala. Soal gempa memang menjadi kuasa Tuhan, namun kekuatan gempa seperti ini menurut pengamatan kami dapat terjadi kembali mengingat tahun 1968 pun pernah terjadi bencana yang serupa. Sehingga kami ingin mencegah dampak buruk tersebut terjadi kembali di kemudian hari jika Kota Palu, Sigi dan Donggala tidak ditata kembali dari sisi Geospasial secepatnya. Sehingga anak cucu kita kedepan dapat meminimalisir dampak bencana dan tinggal di lokasi yang telah dipelajari potensi bencananya.” Tambah Prof. Hasanuddin.
Pertemuan tersebut kemudian ditutup dengan foto bersama dan peninjauan langsung Tim Badan Informasi Geospasial di sekitar Untad. Untuk data Geospasial Palu dan Donggala dari BIG (Badan Informasi Geospasial) dapat di klik disini. AA