Untuk mencegah pertumbuhan angka stunting di Sulawesi Tengah, LPPM Untad bersama BKKBN dan Dinas P2KB (Pengendalian Penduduk & Keluarga Berencana) Sulteng meluncurkan Aplikasi Cegah Stunting ‘E- Pagassi dan SIGERCEP’ sekaligus Training of Trainers KKN Tematik Stunting yang diikuti PTN/PTS Se Sulteng pada Selasa (12/07/2022) Pagi bertempat di Sriti Convention Hall Palu.
Dalam sambutannya,Dr. Ir. M. Rusydi H, M.Si selaku Ketua LPPM Untad menuturkan bahwa pelaksanaan kegiatan ini adalah kolaborasi untuk menurunkan angka stunting di Sulawesi Tengah.
“ Kegiatan kali ini merupakan kerjasama antara LPPM, BKKBN dan Dinas P2KB untuk mempercepat penurunan stunting di Sulawesi Tengah. Untuk implementasi kedepan, kita akan melaksanakan KKN tematik stunting yang ada dalam dua aplikasi yang akan kita luncurkan hari ini. Dalam aplikasi akan membantu dalam pengumpulan informasi terkait stunting sehingga bisa mendapatkan data yang lebih banyak. Peserta ToT hari ini akan mendapatkan pemaparan materi terkait teknik penyusunan Program Kerja dan Rencana Tahapan Proses Kegiatan KKN tematik Stunting serta penggunaan dan pengoperasian E-Pagassi dan SIGERCEP (app pendukung penurunan stunting).” Ujar Dr. Rusydi.
Dikesempatan yang sama, Tuty Zarfiana, SH.,M.Si selaku Kadis P2KB Prov. Sulawesi Tengah optimis angka stunting di Sulawesi Tengah dapat turun dengan adanya kolaborasi antara Untad, BKKBN dan Dinas P2KB Sulteng.
“ Saat ini angka stunting di Sulteng mencapai 29,7 % dan didorong turun menjadi 11% dengan kolaborasi antara Untad, BKKBN dan P2KB. Pemerintah optimis bisa menurunkan angka kasus stunting menjadi lebih rendah dari target yang ditetapkan pemerintah pusat 14% pada tahun 2024. Jika semua pihak bergandengan tangan untuk mengatasi masalah stunting di Sulteng, kami yakin target tersebut dapat terwujud.” Ujar Ibu Tuty.
Pada kesempatan lainnya, Prof. Rizal Damanik, Ph.D selaku Deputi Penelitian & Pengembangan BKKBN RI menuturkan pentingnya pencegahan stunting untuk menciptakan SDM/anak muda Indonesia yang berkualitas.
“ Stunting adalah masalah kesehatan Ibu dan Anak yang harus ditangani oleh multi sektor karena berkaitan dengan beberapa faktor diantaranya Pengetahuan Ibu yang minim terkait nutrisi serta gizi dan sanitasi yang buruk. Pencegahan agar anak tidak stunting harus dilakukan sejak bayi didalam kandungan hingga 2 tahun. Sehingga selama 1.000 hari pertama dimulai sejak dalam kandungan, asupan dan kesehatan ibu serta anak harus menjadi prioritas agar stunting dapat di cegah. Stunting berpotensi memperlambat perkembangan otak, dengan jangka panjang berupa keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar serta resiko serangan penyakit kronis.” Ujar Prof. Rizal.
Usai sambutan, acara lalu dilanjutkan dengan peluncuran Aplikasi Cegah stunting serta pemberian ToT (Training of Trainers) terkait penggunaan dan pengoperasian aplikasi dan Program Kerja KKN Tematik Stunting kepada peserta. AA