Bersama dengan Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror (AT) Polri, Untad pada Kamis (24/082023) pagi melaksanakan Kuliah Umum terkait Pencegahan Radikalisme, Intoleransi, dan Terorisme bertempat di Aula Fakultas Kedokteran.
Kuliah umum yang mengangkat tema “Mari sama sama torang Tolak Paham Radikalisme, Intoleransi dan Terorisme” menghadirkan narasumber diantaranya Prof. Dr. H. Zainal Abidin M.Ag selaku akademisi sekaligus Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Sulteng serta Sofyan Tsauri selaku mantan teroris yang pernah terjerat jaringan Al Qaida Asia Tenggara.
Dalam sambutannya, Kepala Satuan Tugas (Satgas) Wilayah Sulteng Densus 88 AT Polri, Kombes Pol Adrianto Yossy Kusuma, SH., M.Han menyampaikan harapannya agar pimpinan perguruan tinggi dapat meningkatkan pengawasan dan bertindak tegas terhadap berbagai aktivitas yang merongrong Pancasila dan NKRI. Pihaknya juga akan terus melakukan pengkajian dan penerapan strategi baru, untuk mencegah perkembangan radikalisme yang berujung pada intoleransi dan terorisme.
Dikesempatan yang sama, Rektor Untad yang diwakili Dr. Ir. Sagaf, MP selaku Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan Untad mengapresiasi pelaksanaan sosialisasi ini, dalam rangka menangkal dan mencegah radikalisme, intoleransi dan terorisme di lingkungan Untad. Dr. Sagaf berharap agar sosialisasi ini dapat diikuti dengan baik oleh seluruh peserta.
Usai sambutan- sambutan, Sofyan Tsauri kemudian memaparkan pengalamannya mengapa bisa tergabung dalam jaringan teroris dimasa lampau dan mengingatkan hal-hal penting yang dimiliki agar tidak terjerumus dalam hal tersebut.
Pada kesempatan lainnya, Prof. Zainal Abidin menyampaikan materinya terkait kebijakan dan strategi pencegahan terorisme Bersama perguruan tinggi. Prof. Zainal menuturkan bahwa Pencegahan terorisme, khususnya di lingkungan perguruan tinggi, sebaiknya lebih fokus pada akar permasalahannya, yaitu mencegah berkembangnya ideologi radikal (radikalisme). Meskipun terorisme dan radikalisme, dapat dilatari oleh ideologi apapun, tetapi istilah terorisme dan radikalisme dewasa ini, lebih sering dihubungkan dengan ideologi yang berbasis agama, dan lebih khusus lagi Islam.
Lanjut Prof. Zainal Abidin, generasi muda, khususnya di dunia kampus, menjadi sasaran utama penyebaran ideologi radikalisme. Alasannya, antara lain, karena mahasiswa masih berjiwa muda dan dalam proses pencarian jati diri, sehingga menjadi target potensial untuk menerima paham-paham baru.
“Mahasiswa adalah representasi dari rakyat, dunia kampus merupakan tempat berhimpunnya para generasi muda dari berbagai lapisan dan kelas sosial, sehingga mahasiswa dipandang sebagai agent of social change. Kelompok- kelompok yang ingin merubah ideologi atau paham yang menjadi mainstream di masyarakat, menjadikan mahasiswa sebagai agen utama untuk menyebarkan ideologi mereka,” jelasnya.
Menurut Prof. Zainal Abidin, minimnya pengetahuan agama di kalangan mahasiswa, membuat mereka dengan mudah dihadapkan dengan bahasa sederhana dan simbol agama yang diklaim lebih religius. Untuk itu kata dia, dalam rangka menangkal radikalisme dengan spirit kebhinekaan, yakni dengan menumbuh kembangkan dan mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal dalam pengamalan ajaran agama.
Nilai-nilai tersebut kata dia, sama sekali tidak bertentangan dengan ajaran agama apa pun. Nilai-nilai ini kata dia, memberikan pembelajaran pada umat untuk membedakan antara substansi ajaran agama dengan manifestasi pelaksanaannya, membedakan antara isi dengan kulitnya. AA