Kuliah Umum Jelang Dies Natalies Untad Ke – 38, Helmi Yahya ; Zaman Now, Pintar Saja Tidak Cukup!

  • Post author:

Universitas Tadulako menggelar kuliah umum sebagai salah satu rangkaian kegiatan Pekan Akademik Dies Natalis yang ke 38 tahun 2019. Kuliah umum yang dilaksanakan pada Selasa (23/7) ini menghadirkan Direktur Utama Televisi Republik Indonesia (TVRI), Helmy Yahya, M.Ap.A.K. sebagai pembicara.

Acara yang dihelat di Theater Room tersebut dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Dr Ir Sagaf MP. Dalam sambutannya Dr Sagaf mengharapkan bahwa materi yang akan dibawakan oleh salah satu publik figur papan atas Indonesia itu dapat bermanfaat bagi peserta utamanya mahasiswa.

“ Saya sangat mengapresiasi kehadiran Bapak Helmy Yahya di Universitas Tadulako di tengah padatnya jadwal masih menyempatkan diri untuk memberikan kuliah umum di Untad. Semoga materi yang bapak paparkan dapat memberikan motivasi agar dapat terus berinovasi menghadapi tantangan di era digital saat ini” kata Dr Sagaf.

Helmy Yahya dalam materinya menjabarkan mengenai Era Disrupsi 4.0 dimana digitalisasi menggerus pekerjaan-pekerjaan konvensional. Dirut TVRI yang dilantik sejak tahun 2018 itu menjelaskan bahwa generasi muda saat ini dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam berpikir dan harus mampu mengambil peluang .

“Jaman sekarang pintar saja tidak cukup, kita kadang terjebak dengan  kepintaran sendiri seperti banyak perusahan-perusahaan saat ini yang akhirnya gulung tikar karena tidak mampu mengikuti arus zaman. Untuk itu kita harus mampu merespon perubahan-perubahan, persaingan dunia bukan soal kuat-kuatan tapi  tentang siapa yang mampu berinovasi.” terang presenter kondang tersebut.

Helmy kemudian memberikan contoh beberapa perusahaan besar yang pada akhirnya tergilas karena tidak mampu bersaing seperti perusahaan ponsel terkemuka, Nokia. Ia juga memberikan contoh perusahan yang saat ini menjadi besar karena mengandalkan platform digital seperti Uber, Gojek, dan Facebook.

Menurut Helmy hal itulah yang kemudian menyebabkan TVRI  melakukan transformasi besar-besaran sebab selama ini TVRI mengalami keterpurukan di bisnis media televisi dan kurang diminati dibandingkan TV Swasta. Adapun hal pertama yang dilakukan Helmi Yahya di awal masa jabatannya adalah mengganti logo TVRI .

“Tampilan logo terbaru TVRI dibuat yang lebih kekinian, stylish dan simple. Logo tersebut mewakili negara Indonesia yang menjadi bagian dari dunia. Terlihat dari dua lingkaran, dimana lingkaran yang lebih kecil dengan bertuliskan RI digambarkan sebagai Indonesia yang dikelilingi oleh lingkaran yang lebih besar yang digambarkan sebagai dunia. Mengapa warna biru, sebab warna biru merupakan warna paling netral dan tidak terafliasi dengan parpol manapun.” jelas Helmi.

Mengambil tagline sebagai “Media Pemersatu Bangsa” TVRI terus berupaya untuk menjadi televisi yang modern namun tetap mendidik dan mengedepankan nilai edukasi dan khasanah budaya melalui berbagai program unggulan seperti Jelajah Kopi, drama Keluarga Medsos serta Acara olahraga. Teranyar, TVRI akan menayangkan salah satu liga sepakbola paling prestisius yakni Liga Inggris. Selain itu, TVRI juga telah bekerjasama dengan Discovery Chanel untuk menayangkan program dokumenter yang informatif serta edukatif.

Di bawah kepemimpinan Helmi Yahya, TVRI telah memperoleh penghargaan seperti Panasonic Award serta penghargaan untuk liputan bencana terbaik seperti saat meliput bencana Gempa, Tsunami dan Likuifaksi di Palu.

Kuliah umum yang dihadiri oleh dosen, pegawai, serta mahasiswa Untad itu kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Riska Fitrah Sari/Humas Untad & AA