Usai melakukan kunjungannya pada bulan Oktober yang lalu di Untad, Organisasi Kemanusiaan asal Singapura – Crisis Relief Alliance menggelar Training Timetable “Post – Traumatic Mental Health Care and Basic Counseling Skills” selama tiga hari (28-30/11/2018) bertempat di BTK 10 Fakultas Kedokteran Untad.
Dalam training tersebut, Peserta diajari beberapa materi seputar Edukasi Pertolongan Pertama Psikologis Pasca Peristiwa krisis/bencana dan Edukasi Tanggap Bencana sebagai Individual dan Komunitas. Selain itu, para peserta berasal dari berbagai kalangan seperti Guru, Dosen, Mahasiswa, Murid SMA dan Masyarakat umum yang tinggal di Kota Palu yang turut merasakan dampak Gempa, Tsunami dan Likuifaksi pada 28 September yang lalu.
Ms. Ong Bee Yong dalam materinya Psychological First Aid (Pertolongan Pertama Secara Psikologis) memaparkan bahwa reaksi orang dewasa dan anak-anak saat berada dalam situasi krisis seperti bencana memiliki perbedaan.
“ Saat dalam kondisi bencana, reaksi orang dewasa mempengaruhi tubuhnya seperti gemetar, sakit kepala, kelelahan, turun nafsu makan, sakit di badan dan mimpi buruk. Selain itu, sering merasa kekhawatiran, ketakutan kesedihan, marah/mudah tersinggung, bingung dan kurang ingin berbicara. Untuk reaksi anak-anak tergantung dengan lingkungan dan bagaimana ia dibesarkan sehingga keduannya membutuhkan perawatan yang berbeda pula.”
“ Hal simple yang perlu kita lakukan untuk menolong para korban adalah jangan paksa orang untuk menceritakan kisahnya kepadamu, jangan menyela atau mempercepat orang menyelesaikan kisahnya, tidak memberikan pendapat berlebihan/ dengarkan saja, tidak menyentuh orang tersebut jika tidak yakin itu merupakan tindakan yang tepat, tidak menyalahkan apa yang telah atau belum mereka lakukan, tidak berbohong jika kamu tidak tahu, tidak membicarakan duka mu, tidak memberikan janji palsu dan jangan merasa kamu harus menyelesaikan masalah mereka. Itu jauh lebih baik.” Jelas Ms. Ong Bee Yong.
Beliau turut memaparkan bahwa sebelum menolong orang lain secara psikologis, pastikan kita pun dalam keadaan yang telah stabil dan jauh lebih tenang secara psikologis pula. Selain itu, dalam menolong korban usahakan untuk memastikan mereka tidak merasa di tinggalkan dan yang terpenting “Talk Less, Listen More!” (Sedikit berbicara, Mendengar lebih banyak!)
Di kesempatan yang sama, Para peserta di ajari Trauma Healing dengan menggunakan media bola dan pengaturan nafas dalam proses perbaikan memori pasca situasi krisis. Kemudian para peserta juga diarahkan untuk melakukan beberapa reka adegan sebagai seorang penolong dan korban dalam simulasi Pertolongan Psikologis.
Diakhir acara training, Prof. Merry Napitupulu M.Sc. P.hD selaku Wakil Rektor Bidang Pengembangan & Kerjasama mengucapkan rasa terima kasih kepada Crisis Relief Alliance yang secara sukarela datang dan memberikan dukungan moril kepada para peserta dan berharap bahwa ilmu yang didapatkan memberikan manfaat dan pengetahuan baru agar siap dalam menghadapi situasi krisis seperti bencana. Usai pemaparan Prof. Merry, acara Training kemudian ditutup dengan penyerahan sertifikat yang dilanjutkan dengan sesi foto bersama. AA