Setelah mewawancarai Mahasiswa Internasional dari Mesir, Vietnam, Thailand dan Papua New Guinie beberapa waktu yang lalu, untad.ac.id kini berkesempatan untuk mewawancarai Arkadiuz Bartnik – Mahasiswa Pertukaran asal Polandia dan Mahasiswa Internasional Anita asal Timor Leste untuk mengetahui pengalaman apa saja yang mereka hadapi selama berkuliah di Universitas Tadulako dan tinggal di Kota Palu. Berikut wawancara untad.ac.id dengan mereka.
Berikut Daftar Mahasiswa Internasional Universitas Tadulako yang ter interview (Jumat, 18 November 2016 jam 14.00 Siang) ;
– Arkadiuz Bartnik – Asal Warsaw University of Live Sciences (Polandia)
– Anita Natalia Lourdes Da Silva – Fakultas Peternakan dan Perikanan Untad (Timor Leste)
1. Bisa ceritakan tentang diri anda?
– Arkadiuz Bartnik – Asal Warsaw University of Live Sciences (Polandia) Nama saya Arkadiuz Bartnik dan biasanya di panggil Arkadiuz. Saya Mahasiswa Pertukaran asal Polandia tepatnya dari Warsaw University of Live Sciences jurusan Biotechnology. Saya sudah stay di Palu sejak Agustus dan akan kembali ke Polandia pada bulan Januari tahun depan.
– Anita Natalia Lourdes Da Silva – Fakultas Peternakan dan Perikanan Untad (Timor Leste) Nama panggilan saya Anita. Saya sudah hampir 2 tahun belajar di Universitas Tadulako di Fakultas Peternakan&Perikanan Jurusan Peternakan. Saya lahir di Bandung 26 Desember 1995. Sebelum berkuliah di Untad, saya pernah mencoba mendaftar di Australia namun belum berhasil. Kemudian saya mengikuti tes untuk kuliah di Untad bersama 400 pendaftar lainnya. Dari 400 pendaftar, hanya 4 saja yang terpilih dan saya salah satunya.
2. Belajar di Universitas Tadulako dan tinggal di Kota Palu, Bagaimana kalian beradaptasi?
– Arkadiuz Bartnik – Asal Warsaw University of Live Sciences (Polandia) Untuk beradaptasi pada awalnya saya mengalami beberapa kesulitan seperti di budaya kemudian suhu Kota Palu yang cukup panas. Selain itu, saya juga agak sulit berinteraksi dengan orang-orang kebanyakan karena mereka tidak selalu berbahasa inggris sehingga membuat saya agak terbatas untuk berbaur dengan mereka. Makanannya juga banyak yang pedas sehingga saya butuh waktu juga untuk beradaptasi. Tapi saya punya beberapa makanan favorite seperti olahan ikan, gado-gado dan nasi goreng ayam yang pernah saya coba selama di Kota Palu. Untuk perkuliahannya, saya sangat senang karena saya belajar banyak hal baru selama berkuliah di Universitas Tadulako.
– Anita Natalia Lourdes Da Silva – Fakultas Peternakan dan Perikanan Untad (Timor Leste) Saya pada awalnya juga merasa kaget ketika turun dari pesawat dan langsung merasakan suhu kota Palu yang panas. Di Timor Leste juga panas tapi tidak sepanas Kota Palu. Selain itu, di Timor Leste kami menggunakan 3 jenis bahasa yaitu bahasa Tetung *Bahasa Ibu Timor Leste*, Bahasa Portugis dan Bahasa Inggris. Sehingga saya butuh untuk belajar bahasa Indonesia selama 3 bulan sebelum menjalani aktivitas perkuliahan di Untad. Untuk makanan, saya cukup bisa beradaptasi karena di Timor Leste sendiri ada beberapa penjual makanan dari Indonesia yang membuat kami cukup familiar dengan makanan Indonesia. Bahkan ada kuliner di Timor Leste yang namanya Bakso dan memang persis seperti bakso kebanyakan yang dijual di Indonesia. Makanan Indonesia yang saya sukai adalah Nasi Goreng dan Sate.
3. Apa hal yang cukup mengejutkanmu selama tinggal di Kota Palu?
– Arkadiuz Bartnik – Asal Warsaw University of Live Sciences (Polandia) Kebanyakan orang-orang disini cukup antusias untuk sekedar berfoto dengan saya dan awalnya saya rasa itu baik baik saja hanya saja karena sering berlangsung sampai sekarang jadi saya sedikit kurang nyaman. Tapi mereka pada umumnya sangat ramah dan baik sehingga saya pun tidak terlalu terganggu untuk berinteraksi dengan kawan-kawan yang ada di sini. Selain itu, kebiasaan yang cukup unik bagi saya adalah orang orang disini biasanya akan melepas sepatu atau alas kaki mereka saat akan memasuki rumah ibadah ataupun rumah mereka. Dinegara saya, kemanapun bahkan saat berada dirumah kami tetap menggunakan alas kaki. Hal itu cukup unik bagi saya.
– Anita Natalia Lourdes Da Silva – Fakultas Peternakan dan Perikanan Untad (Timor Leste) Ada kebiasaan yang tidak biasa yang saya rasakan disini seperti kebiasaan orang yang mencolek bahu saya dari belakang dan memanggil “eh cewe” untuk sekedar menyapa ataupun bertanya. Kalau di negara saya hal itu agak jarang dilakukan, biasanya jika kita ingin bertanya ataupun memanggil seseorang kami harus menyapanya langsung dari depan. Tapi beberapa orang tidak seperti itu jadi mungkin hanya sebagian orang saja. Selain itu, orang-orang disini berpakaian lebih sopan kemanapun mereka pergi. Hal itu sedikit berbeda dengan negara saya yang cenderung terbuka sehingga saya pernah dilihat beberapa orang saat sedang berpergian karena pakaian saya yang sedikit terbuka.
4. Jika memiliki kesempatan, kalian ingin mengunjungi tempat apa saja yang ada di Indonesia?
– Arkadiuz Bartnik – Asal Warsaw University of Live Sciences (Polandia) Pemandangan Untad dan Kota Palu sangat indah dan saya juga sudah mengunjungi beberapa tempat seperti Tanjung Karang sebanyak dua kali kemudian Palolo dll. Jika ada kesempatan saya ingin berkunjung ke Jakarta, Bali, Togean dan Lombok.
– Anita Natalia Lourdes Da Silva – Fakultas Peternakan dan Perikanan Untad (Timor Leste) Saya lahir di Bandung dan saat ini sedang berkuliah di Palu. Jadi mungkin untuk saat ini saya tertarik untuk mengeksplor Sulawesi Tengah secara keseluruhan. Sejauh ini saya sudah mengunjungi Tanjung Karang, Palolo, dan Pusat Laut.
5. Apa hal yang paling kalian rindukan dari negara asal kalian saat berada di Indonesia seperti sekarang?
– Arkadiuz Bartnik – Asal Warsaw University of Live Sciences (Polandia) Saya sebenarnya merindukan minuman anggur (wine) karena biasanya usai makan malam, kami sekeluarga meminum wine untuk taste setelah makan. Hal itu sangat sulit saya lakukan disini karena di Palu cukup sulit untuk menemukan minuman anggur seperti dinegara saya.
– Anita Natalia Lourdes Da Silva – Fakultas Peternakan dan Perikanan Untad (Timor Leste) Hal yang sering saya rindukan adalah keluarga saya di Timor Leste. Biasanya untuk mengobati rasa rindu saya akan kampung halaman, saya memasak makanan yang sering kami masak dikeluarga saya.
Author : Arba Arief