Jika telah membaca artikel untad.ac.id sebelumnya mengenai Arasy, Mahasiswa FKIP Bhs Inggris yang terpilih mewakili Sulawesi Tengah di Indonesia – China Youth Exchange Program 2016, Kini ia telah di kota Palu dan bersedia berbagi pengalamannya selama berada di negara tirai bambu tersebut. Seperti apa pengalaman Arasy selama berada di China! Berikut Ulasannya!
Apa saja agenda Arasy Selama Berada di Cina?
Selama program exchange tersebut berlangsung di Cina selama kurang lebih 10 hari, saya mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi 3 kota yaitu Beijing, Yinchuan, dan Shanghai. Beberapa kegiatan kami berupa Institutional visit : kunjungan ke museum, wirausaha kaum muda, pendidikan, bisnis, seni budaya, dan wisata. Selain itu dialog tentang jalur sutra/OBOR (One Belt, One Road) serta penampilan budaya. Adapun tempat yang kami kunjungi yaitu:
- Museum Nasional Cina
Saya dan delegasi lainnya mengunjungi Museum Nasional Cina pada pagi hari, Kamis 22 September 2016. Museum ini juga bertempat tidak jauh dari lapangan Tiananmen, tepatnya di sisi timur. Museum ini dibangun pada tahun 2003 yang merupakan hasil penyatuan dua museum sebelumnya yaitu : Museum Sejarah Nasional Cina dan Museum Revolusi Cina. Luas museum ini mencapai 192.000 m2 merupakan museum terbesar di dunia dengan fasilitas terbaik waw… bayangkan besarnya seperti Grand Mall Palu. Museum ini tidak hanya berfungsi dalam menampilkan, memelihara, mewariskan keagungan kebudayaan Cina namun juga sebagai membangun semangat nasionalisme dan pengembangan kebudayaan. Koleksi di museum ini disimpan dan ditampilkan dengan sangat rapi. Museum ini disebut museum nasional karena memiliki koleksi yang mewakili seluruh museum di seluruh Cina. Kebanyakan museum di Cina sudah memadukan antara kecanggihan teknologi informasi dan sejarah sehingga mampu menampilkan sejarah dalam kemasan baru. Hal ini membuat kesan museum di Cina berbeda dengan museum di Indonesia.
- Tembok Besar Cina (Great Wall of China)
Saya mengunjungi Tembok besar Cina yeeah senang banget rasanya yang mana ketika aku kecil dulu hanya melihat 7 keajaiban dunia itu dari buku atlas, sekarang salah satu keajaiban dunia yang terapat di Cina itu sudah aku kunjungi yuhuiii!. Tembok besar Cina ini merupakan benteng yang terbuat dari batu, bata, kayu dan material lain. Tembok besar ini merupakan salah satu keajaiban dunia yang terdaftar di UNESCO pada tahun 1987.
Tembok besar atau dalam bahasa Cina disebut Chang Cheng, awal dibangun pada periode Warring States sampai periode Dinasti Ming selama 2000 tahun. Awalnya tembok ini merupakan benteng-benteng yang terpisah dibangun oleh masing-masing kerajaan pada masa Warring States pada tahun 8 SM. Panjang tembok ini adalah 8851,8 km yang terbentang di sisi utara Cina dari timur ke barat. Tujuan pembangunan benteng atau tembok Cina ini adalah untuk mencegah invasi pasukan Mongol ke daerah kekuasaan kekaisaran Cina. Tembok besar merupakan objek wisata yang terkenal di Cina. Di Beijing, ada beberapa tempat untuk menikmati keindahan dan merasakan kebesaran tembok ini yaitu Badaling, Huanghuacheng, Mutianyu, Jiakou, Gubeikou, Jinshanling, dan Simatai. Saya mengunjungi Tembok besat dari lokasi Badaling yang berjarak sekitar 1 jam perjalaan bus dari Kota Beijing.
- Menara Oriental Pearl TV & Radio Kota Shanghai
Saya dan delegasi lainnya juga mengunjungi Oriental Pearl TV Tower merupakan menara TV tertinggi keempat di dunia dengan tinggi 468 meter, hanya kalah tinggi dari menara yang terletak di Tokyo, Toronto dan Moscow. Selain tingginya menara yang memukau, arsitektur yang unik dari menara ini menjadi nilai plus. Menara ini tepat di antara Jembatan Yangpu di timur laut dan Jembatan Nanpu di Barat Daya, sehingga jika dilihat dari atas akan tampak seperti gambar dua naga sedang bermain dengan butiran – butiran mutiara. Oriental Pearl TV Tower ini tidak hanya digunakan sebagai menara pemancar televisi dan radio, tapi juga terdapat Shanghai Municipal History Museum, serta hotel yang terdiri dari 25 kamar mewah yang menyajikan pemandangan kota Shanghai. Dan yang paling menarik di bagian puncak menara terdapat tempat khusus untuk para wisatawan menyaksikan keindahan kota Shanghai dengan sudut yang mampu berputar 360 derajat. Di menara ini saya juga bertemu dengan mahasiswa Indonesia bernama Ferdy yang sedang kuliah di Shanghai Advanced Institute of Finance, Jiao Tong University ia menemani kami berkeliling kota Shanghai dengan menggunakan METRO (Kereta bawah tanah) untuk belanja dan menikmati pemandangan kota Shanghai pada malam itu.
Persiapan apa saja yang Arasy siapkan sebelum berangkat sebagai Duta di Indonesia – China Youth Exchange Program?
Sebelum berangkat saya mengikuti kegiatan persiapan keberangkatan selama dua hari di Ballroom Ambhara Hotel Jakarta. Saya dan delegasi lainnya dibekali ilmu mengenai Hubungan Diplomatik Tiongkok dan Indonesia, tentang Kepemudaan serta mendapatkan materi dari Kak Livita Sumaly alumni Ichyep 2015 tentang bagaimana menjadi duta pemuda Indonesia sebagai bekal persiapan sebelum ke Tiongkok. Diselah-selah kesibukan saya juga latihan tari orlapei dari Maluku untuk ditampilkan saat di Tiongkok nanti. Saya juga belajar dasar bahasa mandarin dengan alumni dan sharing mengenai Post Program Activity yang saya akan laksanakan setelah kembali ke Indonesia.
Apa bentuk kontribusi Arasy dalam program Indonesia – China Youth Exchange Program ini?
Bentuk kontribusi saya kepada masyarakat yaitu memberdayakan UKM rotan yang ada di kota Palu dengan membantu mereka memasarkan produk mereka secara online. Hal ini saya pilih karena betapa mirisnya saya melihat Kota Palu sebagai salah satu penghasil rotan terbesar di Indonesia namun masih banyak kekurangan sehingga berdampak pada kualitas produk, managemen pemasaran, dan pendapatan mereka. Hadirnya Paluroa diharapkan dapat mempermudah pengrajin rotan yang ada di kota Palu untuk mempromosikan produk mereka baik nasional maupun international dengan memaksimalkan seluruh teknologi canggih saat ini.
Bagaimana pengalaman yang Arasy rasakan selama berada di negeri Tirai Bambu?
Senang sekali rasanya saat pertama kali menginjakkan kaki di Negeri Tirai Bambu. Awal tiba di Beijing Capital International Airport saya begitu takjub dengan kemegahan bandara yang begitu luas dan besar. Wah tak heran bandara ini menjadi salah satu bandara tersibuk di dunia hehe.. Tak lama berjalan kami bertemu dan disambut hangat oleh panitia ACYF (All China Youth Federation) Saya kagum dengan keramahan mereka dengan nada nan syahdu menyapa kami “Selamat datang di Beijing, perkenalkan saya Fong selaku panitia yang akan mengurusi kalian selama di Cina” (dalam hati saya berkata waaw lancar juga mereka berbahasa Indonesia ya). .Setelah itu kami diantar dan naik bus untuk menuju ke New World hotel. Di tengah perjalanan mata saya mulai memandang keluar dan seketika itu saya terpesona dengan keindahan kota yang bersih, tidak macet, tertata rapi, dan gedung-gedung yang menjulang tinggi dengan bercorak khas tulisan Mandarin. Wah tak heran kalau negeri ini menjadi salah satu pusat perekonomian dunia. It’s amaze me.
Malam itu saya dan temanku menyempatkan waktu untuk berjalan-jalan keliling Beijing dan melihat pemanangan kota yang sangat menajubkan. Ditengah jalan saya melihat jalan raya yang begitu besar memadai pengendara roda empat dengan kelengkapan rambu lalulintas, serta ketersediaan ruang luas bagi pengendara motor dan pejalan kaki. Pengendara motor di Beijing kebanyakan menggunakan motor listrik alias tidak menggunakan knalpot. Anehnya pengendara motor disana juga tidak memakai helm dan polisi diam saja melihat pengendara motor tidak memakai helm. Luas trotoar yang disediakan mencapai 2-3 meter memberi rasa aman dan nyaman bagi pejalan kaki. Ketersediaan transportasi dan fasilitas yang lengkap menciptakan kenyamanan bagi setiap warga dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Tak lama setelah itu kami belanja di pasar malam Beijing yang kurang lebih 3 kilometer dari hotel kami sehingga mengharuskan kami naik taxi. Ketika hendak berpergian dengan menggunakan taksi, kebanyakan pengemudi taksi di Beijing tidak bisa berbahasa Inggris meski dalam percakapan yang sangat sederhana, sehingga seringkali kami musti menggunakan bahasa “Tarzan”. Tak hanya itu, kami juga mendapatkan kesulitan berkomunikasi dengan pedagang disana. Mayoritas dari mereka tidak tahu menggunakan bahasa Inggris sehingga saat menawar barang kami menggunakan Handphone dengan menulis harga yang kami inginkan. Memang sangat sedikit warga Beijing yang bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris, sehingga menyulitkan warga asing yang berada di sini.
Dibalik kekaguman saya di Negeri Tirai Bambu ini, ada hal yang canggung saya rasakan saat menyantap makanan yang tidak sesuai lidah saya sebagai orang Indonesia. Menurut saya, chinese food dinegara tersebut jauh lebih asin dibanding dengan chinese food ala Indonesia meskipun menggunakan bahan-bahan yang sama namun menggunakan campuran bumbu yang berbeda membuat saya tidak ada nafsu makan pada waktu itu ditambah lagi belum terbiasa menggunakan sumpit hehehe… jujur pada waktu itu saya benar-benar rindu makanan Indonesia.
Pengalaman berharga apa yang Arasy dapatkan selama menjadi duta Indonesia – China Youth Exchange Program ini asal Sulawesi Tengah?
Tentunya merasa bangga berhasil terpilih mewakili pemuda Indonesia untuk menjadi duta bangsa dalam kegiatan pertukaran pemuda antar negara. Walaupun sempat sedih tidak mengikuti wisuda karena sedang menjalankan tugas negara di negeri orang. Namun saat itu kesedihan saya terhapus ketika teman saya berkata “Semua orang bisa saja memakai toga tapi ketahuilah hanya segelintir orang sajalah diberikan kesempatan memakai seragam attire one”. Mendengar kata itu, saya langsung terharu dan merasa bangga punya teman-teman hebat dari berbagai daerah di Indonesia. Ini merupakan nilai plus lainnya dari mengikuti program PPAN bagi saya. Bayangkan kamu memiliki 100 teman seprogram dari berbagai daerah di Indonesia, ini bukan hal biasa super duper extra luar biasa. Mengapa? mereka orang-orang pilihan dari daerah mereka masing-masing yang memiliki potensi besar menjadi pemimpin di daerah mereka masing-masing. Prestasi mereka luar biasa baik nasional maupun internasional, pengalaman kerja yang hebat dan prestasi akademik yang gemilang. Prestasi sebagai duta wisata hampir disandang semua peserta Ichyep ini, bekerja di tempat bergengsi dan segudang pengalaman mereka yang membuat saya rasanya kurang waktu untuk mengeksplorasi keunikan mereka masing-masing. Saya juga bangga memiliki networking secara internasional dengan teman-teman di Cina yang suatu saat bisa saya hubungi ketika hendak berkunjung ke Cina kedua kalinya. Tak hanya itu, saat ini saya memiliki network di Kementerian Pemuda dan Olahraga yang nantinya dapat menujang karir saya kedepan dan memudahkan mendapatkan informasi lebih cepat seperti beasiswa, student exchange, conference, dan kegiatan kepemudaan lainnya. Ini merupakan anugerah yang sangat luar biasa saya dapatkan selama hidupku. I’m blessed of life that God appreciate me a priceless gift.
Semua ini berawal dari mimpi, mimpi yang selalu ku genggam dalam hati. Kesempatan yang saya dapatkan menginjakkan kaki di Negeri Tirai Bambu ini bukanlah hal yang mudah. Ia datang karena Anugerah dari yang Maha Kuasa sebagai buah manis dari kerja keras dan doa. Karena hasil tak akan menghianatimu.
“Hidup hanya sekali kawan, buatlah hidupmu berwarna dengan segudang pengalaman yang kamu miliki dan tebarkanlah manfaat kepada orang lain dari ilmu yang kamu dapatkan” Arasy Hairul (Alumni Indonesia-China Youth Exchange Program 2016)