Kompetensi keilmuan civitas akademika Universitas Tadulako (Untad) tidak hanya diakui di kancah nasional. Lebih dari itu, di kancah internasional, Untad dipandang sebagai perguruan tinggi yang dijadikan rujukan untuk pengambilan kebijakan. Atas dasar itu, pimpinan Untad bersama tim diundang oleh Universitas Goettingen Jerman untuk memberikan pemaparannya pada 23 sampai 24 September.
Rektor Untad, Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan, Wakil Rektor Bidang Pengembangan dan Kerjasama, Ketua Dewan Pertimbangan, Wakil Dekan Bidang Akademik FKIK, Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan FKIK, dan Aiyen MSc Ag PhD., merupakan rombongan dari Untad yang hadir langsung di Universitas Goettingen Jerman.
Lebih lanjut, kegiatan merupakan bentuk kerjasama yang dilakukan oleh Georg August Universitat Goettingen (GAUG) dengan perguruan tinggi di Indonesia. Kerjasama itu telah dilakukan selama empat tahun terakhir. Untuk perguruan tinggi di Indonesia, Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Tadulako (Untad), dan Universitas Jambi (Unja) dipilih oleh Universitas Goettingen sebagai partner dalam melakukan kerjasama dan pengembangan penelitian.
Olehnya, untuk kepentingan evaluasi dari pihak penyandang dana, yaitu Deutsche Forschungs Gemeinschaft (DFG), tiga perguruan tinggi partner itu diundang oleh pihak Universitas Goettingen. Dalam kaitan itu, Universitas Goettingen menanggung seluruh pembiayaan kedatangan tim dari tiga perguruan tinggi di Indonesia itu. “Masing-masing rektor diberikan kesempatan untuk memberikan pandangannya terhadap pengembangan kerjasama proyek itu,” jelas Prof Mery Napitupulu.
Lebih lanjut, Rektor Untad, Prof Dr Ir Muhammad Basir SE MS menyampaikan bahwa kegiatan itu merupakan kelanjutan fase kedua Collaborative Research Center – 990 (CRC-990) dengan tema Ecological Sosioeconomic Function of Tropical Reinforest Transformation Systems Sumatera Indonesia (EFForTS) setelah berlangsung empat tahun di Jambi. “Pihak Universitas Goettingen menyampaikan bahwa dukungan tiga perguruan tinggi partner itu sangat luar biasa karena menentukan pengembangan dan arah penelitian,” jelas Prof Basir.
Salat Idul Adha di Masjid At-Taqwa Goettingen
Dalam kegiatan selama dua hari itu, pimpinan Untad dan juga dua perguruan tinggi lain harus menghadapi kenyataan merayakan hari raya Idul Adha di Jerman. Hal itu tentu saja merupakan suatu pengalaman yang tidak biasa karena jauh dari keluarga dan suasana hari raya di Indonesia.
Meskipun begitu, tidak berarti tim dari Untad tidak merayakan Idul Adha. Prof Basir bersama tim dapat menunaikan ibadah salat Idul Adha dengan baik. Dalam kesempatan itu, rombongan Untad menunaikan salat di Masjid At-Taqwa, Goettingen, Jerman.
Salat di sebuah masjid berasitektur eropa di wilayah Niedersachsen itu, rombongan Untad merasakan seperti berhari raya di tanah air sendiri. Hal itu karena, selain berbaur dengan warga Jerman, juga banyak warga Indonesia yang salat di tempat itu. “Alhamdulillah, kami dapat menunaikan ibadah sekaligus silaturrahim dengan saudara-saudara kami di Jerman,” ujar Prof Basir.