Rabu, (25/11) Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik (Fatek) Untad menyelenggarakan kuliah umum Arsitektur 2015 (Kuliah Tamu) dengan mengusung tema ‘’Fenomena Pembangunan Kota Metropolitan dan Kawasan Peri Urban’’. Kegiatan yang digelar di Ruang Auditorium Fatek Untad tersebut, menghadirkan Dr. Ir. Batara Surya, M.Si. (Ketua Program Studi Pascasarjana Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Bosowa Makassar) sebagai pembicara tunggal.
Ir. Ahda Muliyati, MT, ketua jurusan Teknik Arsitektur Fatek Untad, selaku penanggungjawab kegiatan ini, saat ditanyai mengenai urgensi kegiatan, menyatakan bahwa pelaksanaan kuliah umum tentang fenomena pembangunan kota metropolitan dan kawasan peri urban sangat penting karena terkait salah satu bidang kajian di Jurusan Teknik arsitek.
Menurutnya, Pertumbuhan dan perkembangan daerah perkotaan (urban area) sangatlah pesat, terutama semenjak era tahun 80-an, baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk alami, pola pergerakan penduduk/imigrasi, pertumbuhan aktivitas ekonomi lokalita, hasil-hasil reklasifikasi, maupun tumbuhnya kota-kota mandiri yang dikembangkan oleh para developer.
‘’Fenomena urbanisasi ini telah menghasilkan pertumbuhan fisik dan pola kehidupan kota yang komplek, bahkan terkadang membawa konsekuensi logis timbulnya berbagai masalah sosial dan lingkungan hidup, tidak hanya pusat-pusat kota bahkan pula sampai pada pinggiran kota (urban fringe area atau periphery).’’ Imbuhnya.
Sehubungan dengan persoalan di atas, Dr. Ir. Batara dalam pemaparannya mengungkapkan, meskipun dalam kenyataannya Sulawesi Tengah (Sulteng) belum dikategorikan sebagai kota metropolitan, Sulteng harus mengambil pelajaran dari kota-kota lain untuk mengembangkan kota kecil dan menengah yang ada di provinsi Sulawesi.
‘’Adaptasi berbagai konsep dan teori perkembangan kota yang ada saat ini, perlu disesuaikan pula dengan kondisi geografis Provinsi Sulteng yang saat ini dikenal sebagai wilayah perairan dan kepualauan serta dikenal pula ‘’Supermarket Bencana’’, sehingga internalisasi faktor kebencanaan, isu baru pembangunan berbasis maritim (baik kawasan pesisir, pantai maupun pulau kecil/terpencil dan daerah perbatasan), dalam bingkai konsep pembangunan berkelanjutan dengan tetap memperhatikan kaidah optimasi dan rasionalitas pemanfaatan berbagai sumberdaya, kekhasan fisik lokalita, serta kearifan lokal masyarakat perlu selalu diupayakan dan disinergikan dalam pengembangan kota dan wilayah Provisnsi Sulteng.’’ Imbuhnya
Menurut keterangan ketua panitia, Aziz Budianta, S.Si., MT menguungkapkan bahwa ada 150 orang peserta yang mengikuti kegiatan ini. Mereka adalah staf pengajar Teknik Arsitektur dan Prodi Geografi FKIP, Himpunan mahasiswa HIMAArtlie (Jurusan Teknik Arsitektur) dan HIMAGI (Prodi Geografi). Ly