International Office Untad Bersama University of Washington Gelar Pelatihan Biologi Konservasi & Kesehatan Global

  • Post author:

Usai memberikan materi tentang Primata di Universitas Tadulako pada Januari 2019 yang lalu, Prof. Randall C Kyes, Ph.D yang merupakan Direktur Pusat Global Field Study – University of Washington sekaligus Pakar dalam bidang Primata secara Global kembali hadir dan menjadi pemateri dalam Pelatihan dan Field Course International Office Untad dengan mengangkat judul/tema “ Field Course in Conservation Biology and Global Health, At The Human – Environment Interface ” selama 24 – 26 Juli 2019 di Area Room Media Center Lantai II Untad.

Acara yang dibuka langsung oleh Prof. Dr. Amar selaku Wakil Rektor bidang Kerjasama diikuti oleh sekitar 20 Mahasiswa dari berbagai Fakultas terkait di Untad. Dalam materinya, Prof. Randall C Kyes, Ph.D banyak memaparkan tentang negara Indonesia yang telah ditelitinya selama 30 tahun yang memiliki banyak spesies Primata khususnya Macaca yang dilindungi. Sayangnya, banyak kasus yang terjadi dimana Manusia dan Primata tidak hidup berdampingan dengan baik yang mempengaruhi pertumbuhan jumlah primata.

Prof. Randall menjelaskan bahwa kasus tersebut banyak ia temukan selama mengunjungi beberapa Negara diantaranya seperti Nepal, Bangladesh, Congo, Thailand, India dan Indonesia. Kunjungan ke beberapa Negara tersebut dilakukan untuk meneliti seberapa besar pengaruh primata dalam kehidupan dan lingkungan serta dampak dari perilaku manusia yang banyak memberikan pengaruh untuk spesies primata di seluruh dunia.

Usai pemberian materi, pada hari kedua (25/07), acara kemudian dilanjutkan dengan Field Course dengan mengunjungi area Kebun Kopi untuk melihat lebih dekat dan mempelajari tingkah laku jenis primata endemic Sulteng jenis Macaca Tonkeana yang kerap kali berinteraksi dengan masyarakat disekitar jalan area Kebun Kopi. Prof. Randall menuturkan bahwa Macaca merupakan jenis primata yang opportunist sehingga cukup mudah berinteraksi dengan manusia selama ada hal baru yang diberikan oleh manusia yaitu dalam bentuk makanan saat berinteraksi.

“ Kebiasaan memberikan makanan kepada Macaca seperti ini sebaiknya tidak dilakukan oleh masyarakat luas karena dapat menjadi salah satu cara penularan penyakit antara manusia dan primata atau sebaliknya. Bahkan tidak sedikit kasus yang saya temukan misalnya ada manusia yang meludah sembarangan dihutan kemudian tidak sengaja hewan primata terkontaminasi dengan ludah tersebut dan menjadi sakit. Bahkan ketika kita terkena influenza sekalipun, sebaiknya tidak berinteraksi dengan primata jenis Macaca ini agar tidak terjadi proses penularan penyakit. Selain berpengaruh pada kesehatan, membiasakan memberikan makanan pada Macaca dapat berdampak secara sosial. Ada contoh kasus yang terjadi di Thailand. Disana populasi Primata menjadi membludak akibat kebiasaan masyarakat yang terus memberi makan kepada mereka sehingga populasi Macaca menjadi bertambah sampai tidak terkendali. Para primata juga mulai meresahkan warga sekitar karena terkadang primata menjadi agresif dan cukup berbahaya.” Jelas Prof. Randall.

Prof. Randall turut menambahkan bahwa untuk lebih baiknya, primata jenis Macaca yang berada di area kebun kopi dibiarkan secara alamia untuk mencari makanan di hutan tempat mereka bermukim. Kalau pun masyarakat ingin memberi makanan, sebaiknya makanannya di sortir kemudian diberikan kepada satu orang yang telah cukup ahli seputar spesies Macaca agar interaksi antara manusia dan mereka tidak terlalu intens untuk mencegah penularan penyakit ataupun kepada sesuatu yang berdampak sosial dikemudian hari.  

 

 

 

Di kesempatan lainnya, Elisa Sesa, Ph.D selaku Ketua Panitia acara menuturkan bahwa pelatihan ini merupakan bentuk kerjasama antara Universtas Tadulako dengan Direktur Pusat Global Field Study – University of Washington yang sudah terjalin sejak beberapa waktu yang lalu. Selama pelatihan ini, Mahasiswa di ajari cara mengamati perilaku Macaca menggunakan beberapa alat seperti dron camera dsb serta pengaruh interaksi Macaca terhadap kesehatan manusia dan sebaliknya. Diharapkan kedepannya kegiatan ini dapat membangun SDM Mahasiswa Untad seputar Primata di pulau Sulawesi khususnya di Sulawesi Tengah. AA