Universitas Tadulako (Untad) melalui Fakultas Ekonomi dan Bisnis resmi membuka The 3rd Tadulako International Conference on Economics and Business (TICEB) 2025 yang berlangsung pada 24–26 November 2025 di Aula Fakultas Kedokteran Untad, Palu. Konferensi internasional ini mengusung tema “Sustainable Blue Economy: Tourism Business Perspectives”, sebagai bentuk komitmen kampus dalam mendorong pengembangan ekonomi biru yang relevan dengan potensi maritim Kota Palu dan wilayah pesisir Sulawesi Tengah.
Dalam sambutannya, Ketua Panitia 3rd TICEB, Arung Gihna Mayapada, Ph.D., menjelaskan alasan pemilihan tema yang sangat kontekstual dengan karakter geografis Sulawesi Tengah.
“Tahun ini kami memilih tema Perspektif Bisnis Pariwisata Ekonomi Biru yang Berkelanjutan. Tema ini linier dengan wilayah Kota Palu dan sekitarnya yang dikelilingi laut dan kaya akan potensi kelautan. Melalui konferensi ini, kami berharap dapat mengeksplorasi ide dan solusi untuk mengembangkan pariwisata dengan cara berkelanjutan, inklusif, dan sejalan dengan prinsip ekonomi biru,” ungkapnya.
Arung Gihna juga menyampaikan apresiasi atas kehadiran para keynote speaker internasional yang turut menandatangani MoU sebagai langkah memperkuat kerja sama akademik.
“Kolaborasi ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan akreditasi institusi kami dan kami berharap kerja sama ini akan saling menguntungkan kedua belah pihak. Kami juga menyambut hangat 128 presenter yang berasal dari 16 universitas dan institusi dari seluruh Indonesia. Selain itu, kami juga ingin menyambut hangat partisipan internasional asal Malaysia, New Zealand, dan UK yang turut mengikuti konferensi ini.” tambahnya.

































Sementara itu, Rektor yang diwakili oleh Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Tadulako, Prof. Dr. Eng. Ir. Andi Rusdin, S.T., M.T., M.Sc, menegaskan bahwa TICEB bukan sekadar forum presentasi ilmiah, tetapi arena strategis untuk memperkuat peran Untad dalam diskursus global mengenai ekonomi berkelanjutan.
“Konferensi internasional ini bukan sekadar ruang untuk mempresentasikan hasil penelitian, tetapi menjadi katalis bagi terbentuknya kolaborasi baru, lahirnya riset-riset inovatif, serta tindakan kolektif menuju masa depan ekonomi yang lebih berkelanjutan dan berkeadilan,” tuturnya.
Ia juga menekankan bahwa melalui TICEB 2025, Universitas Tadulako ingin memastikan bahwa gagasan, penelitian, dan isu-isu strategis dari Sulawesi Tengah dapat memperoleh pengakuan luas.
“Universitas Tadulako menegaskan komitmennya dalam memperkuat jejaring akademik global, mendorong transfer pengetahuan lintas negara, sekaligus memastikan bahwa wawasan dan isu strategis dari Sulawesi Tengah dapat tersampaikan dan diakui secara internasional. Dengan penuh kebanggaan, kami membuka ruang pertukaran pengetahuan ini dan mengajak seluruh peserta untuk bersama-sama menciptakan kontribusi bermakna bagi masyarakat dan dunia akademik,” ujar Prof. Andi Rusdin.
Pada kesempatan tersebut, konferensi juga menghadirkan sesi penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Universitas Tadulako dengan sejumlah institusi dalam dan luar negeri. Proses penandatanganan melibatkan:
- Ho Chi Minh City University of Economics & Finance, Vietnam
- Universitas Alkhairaat Palu
- STIE Amkop Makassar
- Universitas Surabaya
- Universitas Sintuwu Maroso
- Universitas Muhammadiyah Palu
- Universitas Muhammadiyah Buton
Kerja sama ini diharapkan memperkuat kolaborasi riset, pengembangan program akademik, serta mobilitas dosen dan mahasiswa.
TICEB 2025 mencatat partisipasi 128 presenter dari 16 universitas dan institusi di seluruh Indonesia. Para peneliti, akademisi, dan praktisi turut memaparkan hasil riset terkait pariwisata, ekonomi biru, keberlanjutan, bisnis, kebijakan publik, dan isu pembangunan lainnya.
Konferensi ini juga menghadirkan keynote speakers dari berbagai negara, termasuk Vietnam, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, dan Indonesia.
Melalui berlangsungnya TICEB 2025, Universitas Tadulako berharap dapat memberikan kontribusi nyata untuk pengembangan sektor pariwisata berbasis potensi kelautan, sekaligus mendorong pembentukan kebijakan dan praktik bisnis yang berkelanjutan. AA
