Untuk pertama kalinya, Tim Mahasiswa Untad berhasil keluar sebagai pemenang dalam ajang Pertamina Olimpiade Sains 2016 mengalahkan 17 finalis dari Perguruan Tinggi se Indonesia pada bulan November lalu. Olimpiade yang bertemakan “Mencetak Generasi Cerdas Bangun Peradaban Bangsa” memilih Proyek Sains dari Tim Mahasiswa Untad yang diketuai oleh Faris Muhammad Gazali (Jurusan Biologi FMIPA 2014) bersama dengan rekannya Ryan Hankey Ranonto (Jurusan Fisika, FMIPA 2014) dan Yogi Adam P. (Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian 2014) sebagai Proyek Sains terbaik dalam ajang tersebut. Untad.ac.id pun berkesempatan untuk bertanya langsung pengalaman mereka yang berhasil mengharumkan nama Universitas Tadulako di Tingkat nasional dan regional ASEAN. Berikut hasil wawancara kami selengkapnya.
- Bisa perkenalkan diri kalian?
Kami adalah satu satunya tim dari Universitas Tadulako yang mengikuti ajang Pertamina Science Olympiade 2016 yang merupakan kompetisi proyek sains regional ASEAN perwakilan universitas yang ada di Indonesia Timur. Tim kami terdiri atas 3 orang antara lain Faris Muhammad Gazali sebagai Ketua Tim dan Ryan Hankey Ranonto dan Yogi Adam. P. sebagai rekan tim. Kami adalah mahasiswa aktif angkatan 2014 yang berasal dari Fakultas MIPA jurusan Biologi dan Fisika serta Fakultas Pertanian Jurusan Agrotek. Saya selaku ketua Tim (Faris) dan Anggota 2 (Ryan) merupakan kader aktif dalam kelembagaan Badan Riset Mahasiwa FMIPA UNTAD. Yogi Adam. P merupakan ketua distrik beasiswa bidik misi fakultas pertanian. Keseharian kami adalah melakukan penelitian sesuai dengan disiplin ilmu kami masing-masing, Faris sebagai ketua Tim selalu bergelut dalam bidang Biomolekuler, Ryan dengan hobinya bidang instrumentasi dan perangkat lunak, serta Yogi dengan hobinya eksplorasi sumber daya hayati dan limbah organik. Sesuai dengan hobi kami ini, kami telah mempersiapkan inovasi kami selama satu tahun untuk mengikuti OSN Pertamina bidang proyek sains 2016. Tim kami jika dilihat merupakan gabungan disiplin ilmu yang berbeda, hal tersebut karena inovasi kami yakni “Biohydrogen Production By Utilizingindigenous Hydrogen-Producing Thermophilesthrough Dark-Fermentation Isolated From Bora Village Hotspring, Central Sulawesi” membutuhkan tiga cabang ilmu Biologi, Fisika dan Pertanian untuk menciptakan energy terbaharukan yang ramah lingkungan dengan “Biohidrogen” dari bakteri termofilik serta dengan system yang canggih. Selain itu media pertumbuhan bakteri merupakan limbah tahu yang menjadi salah satu limbah yang cukup banyak di temukan di kota palu. Sehingga hal tersebut menggerakan kami untuk menganalisis ketersediaan nya yang membutuhkan disiplin ilmu pertanian.
- Sebenarnya apa inovasi kalian sehingga keluar sebagai pemenang dalam ajang Pertamina Olimpiade Sains 2016?
Judul proposal kami “Biohydrogen Production By Utilizingindigenous Hydrogen-Producing Thermophilesthrough Dark-Fermentation Isolated From Bora Village Hotspring, Central Sulawesi”, jika dilihat ini merupakan terobosan terbaru dalam dunia energy baru terbarukan. Oleh sebab itu, judul ini mengangkat biohidrogen sebagai hasilnya. Seperti yang kita ketahui bersama hydrogen merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan karena hasil pembuanganya bukan gas melainkan air serta energy yang dihasilkan 2,7 kali lipat lebih besar dari biofuel. Energy yang cukup menjanjikan sekali untuk diterapkan di Indonesia sebagai Negara krisis energi karena beberapa Negara maju seperti jepang dan Amerika sudah menggunakanya sebagai bahan bakar kendaraan. Selain itu inovasi ini kami angkat dari salah satu daerah Sulawesi tengah yaitu tempat pemandian air panas yang terletak di desa Bora untuk diambil sampel air panas nya dimana sampel ini akan diisolasi untuk mendapatkan bakteri penghasil Hidrogen Maksimum. Selain itu untuk menumbuhkan bakteri (Substrak) membutuhkan cairan yang mengandung selulosa dan amilum. Dalam penelitian ini kami lebih mengangkat masalah limbah tahu yang ada di Kota Palu. Teknologi yang kami gunakan dalam penelitian ini merupakan teknologi yang ramah lingkungan, canggih, dan lebih efisiensi dari segi biaya produksi jika dibanding dengan biaya hasil “Biohidrogen”. Menggabungkan tiga cabang ilmu dalam penelitian ini ternyata mendapat apresiasi dalam kompetisi ini. kelengkapan bidang ilmu dalam memproduksi biohidrogen yang murah ada di tim kita dan tujuh juri dari Universitas Indonesia, Pertamina, Lipi, dan Universitas Singapura sangat mengapresiasi dan mengagumi tim kami.
- Bisa kalian ceritakan suasana dan kronologi olimpiade tersebut dan apa saja tantangan yang kalian hadapi saat membuat inovasi dan memperkenalkannya di sana?
Science Olympiade 2016 terdiri dari 3 proses seleksi dimana tahap awal merupakan seleksi proposal yang harus ditulis dalam bahasa inggris, tahap selanjutnya pengumuman 45 besar yang akan mempresentasikan karyanya melalui video online, dan tahap terakhir pengumuman 18 besar yang berhak maju ketahap presentasi dan pameran karya di Hotel Bumi Wiyata Depok. Hal yang paling menantang kami rasakan ada pada sesi yang terakhir dimana peserta terbaik dari seluruh universitas di Indonesia harus mempresentasikan karyanya di depan 7 orang juri yang berasal dari dalam dan luar negeri serta memamerkan karyanya dihadapan tamu yang datang berkunjung. Situasi ini sangat menegangkan karena kami harus mempertanggungjawabkan hasil tulisan proposal yang telah terseleksi. Pertanyaan juri yang begitu detail dan kognitif serta dipadukan dengan bahasa inggris dalam presentasi maupun tanya jawab yang sangat menantang bagi kami. Tetapi kami sangat bersyukur karena mampu menjawab setiap pertanyaan yang diberikan dewan juri dengan baik dan ditutup dengan salam budaya khas dari Sulawesi tengah yakni “NoSarara Nosabtutu” dimana ini menjadi daya Tarik tersendiri sehingga di akhir sesi Tanya jawab, para dewan juri memberikan apresisasi yang baik kepada tim kami.
- Saat terpilih menjadi pemenang dalam olimpiade tersebut, apakah kalian sudah menyangka atau tidak terpikirkan sama sekali?
Kami tidak menyangka bahwa kami mendapat juara satu dalam Science Olympiade 2016 karena kompetitor kami begitu banyak membawa inovasi terbaharukan yang luar biasa dan dari universitas terkenal yang ada di pulau jawa. Pada tahap pengumuman merupakan momen yang sangat menegangkan dimana kronologinya seperti ini : Sebelum pengumuman juara 1,2, 3 dan 5, kami masuk dalam kategori harapan 8 besar dari 18 besar yang ikut dalam Science Olympiade 2016 di Hotel Bumi Wiyata Depok. Masuk dalam 8 besar ini saja sudah membuat kami sangat bersyukur, dengan memakai Almamater Biru UNTAD kami siap untuk naik ke podium. Setelah dibacakan 8 besar tersebut maka mulailah dibacakan juara harapan dan juara 1,2, dan 3. Kami sangat gugup tapi kami tetap yakin waktu itu ada hasil yang memuaskan di setiap usaha yang telah kami berikan, maka mulailah dibacakan lima tim terbaik (juara harapan), kami tak menyangka ternyata nama kami tidak masuk dalam kategori juara harapan tersebut, ini menambah keyakinan kami bahwa kami berada diposisi juara 1,2 dan 3. Pemandu acara kemudian menyampaikan bahwa juara ketiga adalah Surya University yang membuat kami semakin semarak berteriak dan menerka-nerka apakah tim kami juara 1 atau 2. Kemudian pemandu acara mulai membacakan nominator kedua yaitu Universitas Brawijaya dan kami langsung bersujud syukur karena tim kami adalah juara pertama dalam ajang Science Olympiad 2016. Itu adalah pengalaman yang begitu menegangkan sekaligus membahagiakan buat kami.
- Apa harapan kalian sebagai mahasiswa yang berhasil menjuarai kompetisi ini?
Pertama tama kami mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT karena dengan izinnya, kami dari tim Universitas Tadulako dapat menjadi yang terbaik dalam ajang Pertamina Olimpiade Sains 2016 tingkat regional ASEAN kategori proyek sains. Judul karya kami adalah “biohydrogen production by utilizing hydrogen producing thermophiles through dark fermentation isolated from bora village hotspring, central sulawesi”. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya buat kedua orang tua kami yang selalu mensupport dan mendoakan yang terbaik buat kami. Kami juga berterima kasih yang sebesar besarnya kepada Bapak Rektor Universitas Tadulako Prof. Dr. Muh Basir Cyio, Pak Dekan FMIPA UNTAD Dr. Muhammad Rusydi Hasanuddin, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan FMIPA UNTAD Dr. Rustan Efendi, Bapak Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Pertanian Dr. Syamsudin Laode, Bapak Prof. Ramadhanil Pitopang, Bapak I Nengah Suwastika, Ibu Darmawati Darwis Ph.D, Bapak Elisa Sesa Ph.D, Bapak Drs.Abdullah.MT yang telah mendukung dan memfasilitasi kami dalam melakukan penelitian ini. Terima kasih sebesar besarnya kepada dosen dosen Jurusan Biologi dan Fisika FMPA UNTAD serta teman-teman mahasiswa FMIPA UNTAD yang telah mendukung dan mendoakan kami. Dan yang paling teristimewa kami ucapkan terima kasih kepada lembaga kami Badan Riset Mahasiswa FMIPA UNTAD yang telah menjadi wadah penemuan dan penelitian kami.
Kami berharap penelitian kami tidak hanya sampai disini saja. Kami akan terus mengembangkan penelitian ini sampai ketahap 100%. Kami berharap ada dukungan dari pihak Universitas dan pemerintah dalam mengembangkan inovasi kami. Ini karya kami, karya murni dari Indonesia, karya yang harus diabadikan dan dikembangkan demi kesejahteraan bangsa dalam hal pemenuhan energy baru terbaharukan.
UNTAD, universitas yang ada di Indonesia timur ini harus dikenal sebagai universitas besar yang memiliki mahasiswa emas dengan segudang inovasi dan karya, UNTAD mampu membuktikan generasi mahasiswanya mampu bersaing di ajang kompetisi bergengsi dan menjadi sang juara. PR terbesar UNTAD menjaga dan mengembangkan derajatnya menuju titik emas seperti yang telah dicita-citakan.
Kami tau masih banyak Tadulako-Tadulako muda yang diam diluar sana, kami berharap kalian tunjukan diri kalian, buktikan generasi mendatang mampu membawa UNTAD jaya.
Penulis : Arba Arief
Narasumber : Faris Muhammad Gazali (Ketua Tim Sains Project – Jurusan Biologi FMIPA 2014)