“Seorang komunikator yang bijak adalah komunikator yang dapat memanfaatkan kompetensi dalam diri untuk mengomunikasikan ide atau informasi kepada orang lain dengan cara, waktu, isi, dan metode yang tepat”
Demikian disampaikan oleh Rektor Universitas Tadulako (Untad), Prof Dr Ir Muhammad Basir Cyio SE MS, dalam paparan materi pada Bimbingan Teknis Budaya Damai pada Generasi Muda yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI), di Ballroom Hotel Mercure, Minggu (17/4) malam.
Prof Basir Cyio yang dalam kesempatan itu menyampaikan materi mengenai Kompetensi Komunikator dalam Komunikasi Budaya mengemukakan integrasi antara komunikasi budaya dengan budaya komunikasi. Komunikasi budaya memiliki makna bahwa melalui komunikasi, suatu kebudayaan akan terbentuk. Sementara itu, budaya komunikasi merupakan kebudayaan yang menentukan arah dan pola komunikasi.
Untuk itu, sebagai agen perdamaian, para pemuda harus memiliki kompetensi untuk menyinergikan keduanya. Hal itu dilakukan agar apa pun masalah yang dihadapi dapat diselesaikan dengan santun dan bermartabat.
“Perbedaan yang ada harus dipahami sebagai dinamika kehidupan. Tidak boleh kita terus-terusan memikirkan perbedaan itu. Begitu pun dengan pendapat kita, tidak boleh kita memaksakan pendapat karena ada pendapat orang lain yang harus kita dengarkan,” jelas Prof Basir Cyio.
Rektor juga menyampaikan bahwa dalam kehidupan, ada orang yang selalu bahagia dan diliputi kedamaian. Ini karena orang itu mampu menanggalkan perbedaan yang ada dan mendamaikan dirinya dengan situasi dan keadaan di lingkungannya. Sebaliknya, ada pula sosok yang hidup dengan penuh kerisauan, tetapi berusaha tampak bahagia di depan orang lain.
“Orang yang seperti ini risau karena ulahnya sendiri. Jika dikelompokkan, mereka ini adalah sosok yang egois, ambisius, gila aktualisasi diri, ingin disebut heroes, dan megalomania. Salah satu saja dari lima hal ini ada dalam diri, maka bukan bahagia yang didapatkan, namun hanya kerisauan. Akhirnya, dengan diri sendiri pun Ia tidak dapat berdamai,” jelas Prof Basir Cyio.
Ditambah lagi, lanjut Prof Basir Cyio, orang tambah tidak bahagia jika ada tidak hal tidak positif yang masih melingkupi kehidupannya, yaitu sifat iri, dengki, dan dendam.
“Orang iri dan dengki ini selalu tidak senang dengan hal yang dilakukan oleh orang lain. Apa pun itu pasti dianggap salah, bahkan jika yang dilakukan itu kebaikan, pasti akan diplintir menuju kesalahan. Demikian pula dendam karena mungkin ada hal yang tidak dapat diterimanya akibat kebahagiaan orang lain. Tiga sifat ini harus dihindari dalam setiap aspek kehidupan,” ujar Rektor yang merupakan pengampu mata kuliah Ilmu Filsafat ini.
Untuk itu, dalam mengarungi kehidupan, apalagi sebagai agen perdamaian, para pemuda harus mampu meramu cara berkomunikasi. Empat aspek penting patut dilakukan agar ide atau informasi yang disampaikan tidak saja diterima, tetapi dapat menyejukkan hati orang lain itu.
“Empat yang dimaksud itu adalah penyampaian pesan harus tepat orang, tepat isi, tepat metode, dan tepat instrumen. Empat itu harus terus beriringan, tidak boleh ada satu yang tertinggal karena jika ada yang tertinggal, orang itu akan gagal sebagai komunikator,” pesan Prof Basir Cyio.
Dalam memaparkan materi itu, Prof Basir Cyio didampingi oleh Dekan FKIP Untad, Dr H Lukman Nadjamuddin MHum. Usai memaparkan materi kurang lebih 50 menit, ada empat peserta yang mengajukan pertanyaan tentang materi yang disampaikan oleh Prof Basir Cyio. (tq)