Bertempat di Theater Room Universitas Tadulako, Kuliah Umum iO Untad yang mengangkat tema ” Recovery from a Disaster – The Case of Banda Aceh City ” di gelar pada Senin (10/12) siang dengan menghadirkan Pakar Disaster Management asal Universitas Syiah Kuala – Aceh sekaligus Penasehat Projek Manajemen Bencana antara Indonesia – Jepang (JICA for post-disaster reconstruction program in Aceh), Dr. Muzailin Affan.
Dalam materinya, Dr. Mazailin Affan yang juga merupakan Kepala International Office Unisyah – Aceh menjelaskan pengalamannya yang juga merupakan korban selamat dari bencana Tsunami yang menghantam wilayah Aceh 2004 silam.
“ Bencana tsunami yang terjadi di Aceh diawali dengan gempa berskala 9 SR yang kemudian dilanjutkan dengan gelombang tsunami yang mencapai kota sekitar 4 Kilometer dengan ketinggian 15 meter. Saat itu ayah saya yang berprofesi sebagai nelayan tinggal bersama Ibu saya sekitar 1 kilometer dari pantai. Sedangkan saya yang telah berkeluarga membangun rumah yang berjarak sekitar 3 kolimeter dari pantai. Kedua orangtua saya hilang dibawa tsunami sekaligus dengan beberapa saudara kandung saya. Tsunami benar-benar mengubah kehidupan warga Aceh saat itu.”
“ Tsunami Aceh pada 26 Desember 2004 tersebut menyebabkan 61.065 orang dinyatakan hilang dan meninggal serta menghancurkan 21.751 rumah, 169 sekolah, 25 fasilitas kesehatan, 302 KM jalan raya, 63 fasilitas kantor, 9 fasilitas perbelanjaan dan 46 fasilitas sosial. Untuk melewati bencana tersebut, ada tahapan Disaster Management yang meliputi Respon, Recovery, Mitigation and Preparedness ;
-
Respon meliputi Public Warning System, Emergency Operations dan pencarian korban pasca bencana.
-
Recovery meliputi Medical Care kepada para Korban dan memberikan tempat tinggal sementara kepada korban yang kehilangan hunian permanen.
-
Mitigation meliputi pembenahan dan melakukan zoning daerah rawan bencana, Vulnerability analyses serta memberikan edukasi kepada korban selamat tentang daerah mereka terhadap potensi bencana.
-
Preparedness meliputi perencanaan kesiapan, pelatihan tanggap darurat bencana dan penyiapan fasilitas warning system.
Melihat bencana yang terjadi di Palu, Sigi dan Donggala September yang lalu membuat banyak para ahli tertarik untuk mempelajari hal ini lebih lanjut. Banyak kasus bencana Likuifaksi yang terjadi, namun Likuifaksi yang terjadi di Sulawesi Tengah merupakan kasus yang langka yang pernah terjadi dalam kasus bencana di dunia. Oleh karena itu, peristiwa Likuifaksi tersebut sebaiknya dapat di buatkan semacam Research Disaster khusus Likuifaksi. Selain sebagai pengingat sejarah, Research Disaster khusus Likuifaksi dapat menjadi tempat meneliti sekaligus tempat wisata yang edukatif. Jika Research Disaster khusus Gempa berada di Aceh, maka Research Disaster khusus Likuifaksi berada di Palu.” Detail Dr. Mazailin.
Beliau yang merupakan alumni Ph.D konsentrasi Disaster Management asal Tohoku University – Japan sekaligus advisor Museum Tsunami Aceh turut menuturkan bahwa dirinya bersama para peneliti Jepang telah menemui pihak Gubernur Sulawesi Tengah untuk membahas rancangan Disaster Management untuk Palu, Sigi dan Donggala pasca bencana 28/9 yang lalu. Sehingga arah pembangunan daerah bencana selanjutnya akan lebih sigap terhadap potensi bencana yang bisa muncul sewaktu waktu di Sulawesi Tengah.
Meskipun telah terjadi 14 tahun yang lalu, Kota Aceh hingga saat ini masih terus melakukan perbaikan pasca tsunami dengan banyak melakukan aktivitas edukasi kepada masyarakat meliputi Kesiapan Warga menghadapi Bencana Gempa dan Tsunami di sekolah, kantor dan organsiasi serta melakukan aktivitas positif seperti bersepeda sehat bersama saat memperingati Hari Tsunami Aceh setiap 24 Desember disetiap tahunnya.
Usai memaparkan materinya, Kuliah Umum kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan ditutup dengan penyerahan cendramata Untad dan foto bersama. AA