Genap sebulan pasca Gempa, Tsunami dan Likuifaksi melanda Kota Palu, Sigi dan Donggala pada 28 September yang lalu, membuat Universitas Tadulako tak luput dari dampak bencana Gempa yang mengakibatkan kerusakan fasilitas kampus yang cukup signifikan. Setelah mendapat kunjungan dari Menristekdikti beberapa waktu yang lalu, Universitas Tadulako pada Kamis (26/10/2018) Siang mendapat kunjungan dari Organisasi Kemanusiaan asal Singapura – Crisis Relief Alliance yang disambut langsung oleh Rektor Untad bersama Para Wakil Rektor dan Ketua LPPM di Ruang Rektor Sementara – Gedung B Pascasarjana Untad.
Tim Kemanusiaan asal Singapura tersebut berasal dari berbagai latar belakang seperti seorang Dokter, Perawat dan Dosen asal Nanyang Technological University Singapore yang diantaranya adalah Mr. Philip Quek, Mr. Ng Sin Ain, Ms. Jasmine Heng, Mr. Robert M dan Dr. Michael Lim. Maksud dari kedatangan mereka pada dasarnya ingin ikut serta dalam proses pemulihan Universitas Tadulako pasca Gempa 7.4 SR yang lalu.
Dalam pertemuan tersebut, Prof. Dr. Ir. Muhammad Basir SE MS selaku Rektor Untad bersama Prof. Dr. Mery Napitupulu selaku Wakil Rektor Bidang Kerjasama menjelaskan kondisi terkini Universitas Tadulako pasca Gempa pada September lalu.
“ Kami sangat mengapresiasi momen ini dimana Singapore – Crisis Relief Alliance telah berkunjung dan turut membantu Universitas Tadulako pasca bencana yang kami alami khususnya di Kota Palu. Saat ini kami menggunakan Gedung Pascasarjana karena Gedung Utama/Rektorat tidak dapat lagi digunakan seperti sebelumnya. Begitu banyak hal yang berubah pasca gempa di kampus kami yang tentu membutuhkan adaptasi bagi kami terutama bagi mahasiswa yang juga menjadi korban dan sebagian mengalami rumah yang rusak sehingga mempengaruhi kesiapan belajar mereka.”
“ Kami belum memiliki data kongkrit tentang seberapa berat kerusakan yang disebabkan Gempa kemarin, tapi dari melihat kondisi langsung di lapangan, kami memprediksikan bahwa 70% bangunan yang ada di area Untad tidak dapat digunakan kembali termasuk fasilitas RS Untad yang baru diresmikan Oktober yang lalu. Meskipun begitu, kami tetap meminta kepada mahasiswa untuk tetap hadir pada perkuliahan mendatang agar suasana Kampus kita bisa tetap hidup pasca Gempa September kemarin.” Jelas Prof. Basir.
Pada kesempatan yang sama, Prof. Dr. Mery Napitupulu turut menjelaskan tentang aktivitas kampus pasca Gempa dan kondisi terakhir para mahasiswa Untad.
“ Saat Gempa terjadi, Universitas Tadulako masih memiliki 27 Mahasiswa Asing yang sedang dalam proses kuliah yang saat ini telah kembali ke Negara mereka masing masing yang terus kami usahakan agar tetap terjalin komunikasi dengan pihak kampus. Perlu diingat bahwa dalam kondisi ini, tak hanya mahasiswa saja yang menjadi korban melainkan kami pun Para Dosen/Akademisi turut menjadi korban dalam situasi ini sehingga yang bisa dilakukan saat ini adalah kami tetap berusaha untuk saling menguatkan satu sama lain agar aktivitas Universitas Tadulako tetap berjalan.” Ujar Prof. Mery.
Setelah mendengarkan kondisi Untad pasca Gempa dari Prof. Muhammad Basir dan Prof. Mery Napitupulu secara langsung, tim Singapore – Crisis Relief Alliance kemudian meninjau langsung beberapa titik lokasi Untad yang terkena dampak Gempa cukup parah seperti RS, Media Center dan Fakultas Kehutanan. AA
Dokumentasi Kondisi Area Universitas Tadulako Pasca Gempa 28 September 2018 ;