Senin, (10/2) perhatian sebagian besar kalangan civitas akademika Universitas Tadulako tertuju di gedung IT Center Universitas Tadulako. Ratusan civitas akademika memadati gedung lantai 2 IT Center, dan ikut serta menyaksikan UNTAD melahirkan Doktor pertama  jurusan Pertanian. Pada  seminar terbuka promosi Doktor pertama ini, Max Nur Alam mempresentasikan Disertasinya yang berjudul “Penentuan harga jual beras yang layak pada tingkat petani di Wilayah Profinsi Sulawesi Tengah†di depan delapan orang penguji, diantaranya Prof.Dr.Ir.Mahfudz,MP ; Prof.Dr.Ir.Alam Anshary,M.Si ; Prof.Dr.Ir.Saiful Darman,MP ; Dr.Lien Damayanti,SP.,MP ; Prof.Dr.Ir.Muhammad Basir,SE.,MP ; Prof.Dr.Ir.Made Antara,MP ; Dr.Rustam Abd. Rauf,SP.,MP ; serta 1 penguji tamu dari Universitas Mulawarman (Samarinda) Prof.Dr.Ir.H.Abu Bakar M. Lahjie,M.Agr.
           Bapak berusia 63 tahun ini menghadapi suasana yang diselimuti ketegangan dengan tenang, menjawab satu persatu peratanyaan, sanggahan, serta kritik dengan santun dan penuh ketenangan. Menurut beliau semua orang memiliki hak yang sama seperti yang sedang dirasakannya sekarang “asalkan orang tersebut memiliki kemauan, kemampuan, kesabaran, dan tetap mengikuti jalur yang ada, insya Allah pasti bisa†tuturnya.
           Menurut data yang didapatkan oleh Max Nur Alam, Indonesia kini merupakan konsumen beras terbesar di dunia “ bila dibandingkan dengan negara-negara lain, Indonesia merupakan Negara pengkonsumsi beras terbesar, saat ini tercatat di Korea konsumsi beras pertahunnya hanya 40 Kg /jiwa, untuk di Negara Jepang konsumsi beras pertahunnya 50 Kg/jiwa, sedangkan untuk negara indonesia sendiri konsumsi beras pertahunnya sebesar 102 Kg/jiwa. Hal terpenting yang harus dilakukan oleh masyarakat Indonesia sekarang adalah menekan angka konsumsi beras, dengan mengganti asupan karbohidrat yang selama ini masih berasal dari beras dengan sagu, ubi dan lain sebagainya†ujarnya
           Penelitian yang bertempat di Kabupaten Donggala ini memberikan berbagai macam pertanyaan, diantaranya seperti pertanyaan tentang mengapa tidak menyarankan untuk mengganti konsumsi beras dengan jagung, “kenapa malah menyarankan untuk menggatinya dengan ubi dan sagu ?â€tanya salah seorang penguji.
           Menurut kandidat doktor asal Fakultas Pertanian ini, ia tidak mencantumkan jagung sebagai salah satu alternatif pengganti beras, sebab menyesuaikan dengan makan yang juga dikonsumsi oleh masyarakat setempat, “hasil yang sayadapatkan pada penelitian ini, di Kabupaten Donggala,Provinsi Sulawasi Tengah. Masyarakat yang berada di sana mengkonsumsi sagu dan ubi sebagai pengganti beras†jelasnya.
           Ujian yang berlangsung selama kurang lebih tiga jam ini, mendapatkan hasil yang memuaskan. Max Nur Alam mengakhiri masa studi pada program doktoral yang diambilnya dengan nilai 3,93 dengan kategori cumlaude. Capaian ini tentu bukan hanya menjadi prestasasi yang membanggakan bagi Max Nur Alam tapi juga menjadi sejarah baru Pascasarjana Universitas Tadulako yang berhasil menamatkan mahasiswa pertama untuk program doktoral.
           “umur bukanlah penghalang untuk tetap berprestasi, dan pak Max merupakan mahasiswa program dokoral Universitas tadulako yang the first and the best†ujar rektor UNTAD menutup ujian pertama seminar terbuka progaram doktoral UNTAD. (Wrd)