Prof Suryadi : Ilmuan Sosial Harus Objek Objektif
Sabtu (29/11) program studi pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) melaksanakan seminar nasional yang mengangkat tema “Tanggung jawab intelektual publik sebuah kajian epistimologi sosial budaya,”.
Kegiatan yang dilaksanakan di Conference Room tersebut dihadiri oleh wakil dekan bidang kemahasiswaan Fkip Dr Suyuti MPd, ketua jurusan pendidikan IPS Drs Charles Kapile M.Hum, dan ketua program studi pendidikan sejarah Dra Hj Juniarti Mhum.
Selaku ketua panitia, Dr Nuraeda MPd menyampaikan tujuan dilaksanakannya seminar ini adalah untuk memberikan pemahaman terhadap intelektual publik sebagai hasil respon manusia dan bentuk realitas hidup berbangsa dan bernegara.
“Tujuannya tak lain ialah memperoleh gambaran terkait intelektual dan mengetahui respon manusia terhadap problema tanggung jawab dalam area publik yang nantinya akan melahirkan penemuan-penemuan baru,” ujarnya
Lebih lanjut ia menyampaikan kegiatan ini sebagai sarana untuk lebih mempererat persahabatan dan persaudaran dalam mewadahi semua bentuk tindakan sebagai bagian dari tanggung jawab moral yang dijalankan.
Sementara itu, Keynote Speaker Prof Dr H Karim Suryadi M.Si membawakan materinya denngan judul tanggung jawab intelektual publik, mengimbau kepada seluruh peserta seminar untuk memperbaiki layanan publik.
“Guru dan Dosen adalah pelayanan publik, sehingga kualitas peserta didik bukan ditentukan oleh sekolah, tetapi ditentukan oleh gurunya. Diamanpun ia bersekolah jika kualitas guru baik maka siswa juga akan baik,” ujar dekan fakultas pendidikan IPS UPI tersebut.
Sementara itu guru besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) tersebut juga menyinggung tentang ilmuan pengetahuan sosial dan keterlibatannya dengan demokrasi, menurutnya lembaga survey dan polling harus menanamkan nilai-nilai intelektual akademik.
“Harus dan pentingkah ilmuan sosial terlibat dalam kinerja demokrasi?, saya rasa hal ini sangat penting dan urgent, utamanya lembaga survey dan polling harus menanamkan nilai-nilai sehingga tidak ada lagi kebohongan-kebohongan yang menipu publik,” jelasnya.
Selain itu, ia juga mengatakan para ilmuan sosial harus objetif dalam semua hal, seseorang dikatakan objektif jika mengemukakan hal yang sebenarnya. “Jika seseorang objektif, maka akan mengungkapkan sesuatu meskipun ia tidak menyukainya,” singkatnya.
[easingslider id=”2296″]