Memasuki tahun ketiga, Universitas Tadulako bersama One Asia Foundation sejak tahun 2016 telah aktif berkolaborasi dalam pengembangan SDM kepada Mahasiswa Untad melalui pemberian beasiswa ataupun kuliah umum. Di tahun 2019 ini, One Asia Foundation kembali menggelar Kuliah Umum bertajuk “ Education of Asia Community – Series 7 : Liquefaction-induced damage in recent earthquake and new countermeasures against liquefaction ” pada Kamis (24/10) Pagi dengan menghadirkan Professor of Earthquake Engineering asal Kanazawa University – Japan, Prof. Miyajima Masakatsu bertempat di Theater Room Untad.
Dalam materinya, Prof. Miyajima menuturkan bahwa setelah melakukan penelitiannya setahun terakhir, ia menemukan bahwa gempa yang terjadi pada 28 September yang lalu merupakan jenis gempa yang cukup langka. Biasanya gempa yang terjadi di suatu tempat hanya mengalami satu jenis gempa saja (gempa tektonik karena gesekan lempeng tanah ataupun lempeng tanah yang naik turun), akan tetapi di PaSiGala kemarin, kedua jenis gempa tersebut terjadi secara bersamaan. Sehingga istilah/kata “ tanah di blender” yang terjadi di Petobo, Balaroa dan Sibalaya di anggap tepat untuk menggambarkan peristiwa gempa dan likuifaksi yang terjadi.
Beliau turut menambahkan bahwa tidak hanya goncangan tanah saja yang perlu diperhatikan akan tetapi geo-hazard (keadaan geologis yang dapat menyebabkan kerusakan luas atau risiko) yang disebabkan oleh gempa bumi juga harus diperhatikan. Selain itu, mereka pun harus mengklarifikasi mekanisme aliran tanah yang besar sehingga saat ini mereka terus mengumpulkan data geologi di lokasi kejadian.
Adapun dalam materinya, Prof. Miyajima menuturkan bahwa ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membuat rumah yang cukup aman jika tinggal di daerah likuifaksi agar tidak colaps.
“ Saat akan membuat rumah, buatlah lubang yang mengelilingi rumah anda sedalam 3- 6 Meter kemudian isi lubang tersebut dengan batang kayu seukuran pohon kelapa dengan panjang 3-6 meter juga. Kami sudah pernah membuat percobaan dengan metode tersebut dan didapatkan bahwa rumah yang menggunakan metode itu tidak masuk kedalam tanah saat likuifaksi terjadi. Meskipun begitu, syarat metode ini dapat di gunakan untuk rumah dengan lahan yang cukup luas alias tidak di tengah-tengah pemukiman yang padat dan telah terbangun. Hal itu tidak di jamin 100% berhasil, akan tetapi dengan percobaan yang telah dilakukan, metode tersebut terbukti dapat menahan rumah untuk tidak colaps & terisap oleh tanah saat terjadi likuifaksi.” Papar Prof. Miyajima.
Usai pemaparan materi, acara kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab antara narasumber dan peserta kemudian di tutup dengan sesi foto bersama. AA