Senin (27/02), Fakultas ilmu sosial dan Ilmu Politik, program studi ilmu Antropologi kembali mengadakan Public lecture dengan mengusung tema “on wildfires in tropical moist forest”. Kegiatan yang digelar di media center, IT building tersebut menghadirkan Andrew P. Vayda, distinguished professor emeritus of anthropology and ecology.
Mewakili Rektor Untad, kegiatan ini dibuka oleh wakil rektor bidang kerjasama, Prof . Mery Napitupulu, M.Sc, PhD. Dalam sambutannya Prof. Mery Napitupulu mengungkapkan rasa syukurnya atas terlaksananya kegiatan Public Lecture semacam ini.
“Kita bersyukur ada fakultas yang mengadakan public lecture seperti ini, dan tema yang diangkat ini merupakan masalah umum. Hari ini saya yakin dan mengharapkan kita mendapatkan ilmu dari bapak Andrew, tentu beliau sangat berpengalaman dalam hal wildfires, karena hal ini merupakan sesuatu yang tidak kita harapkan”
Acara ini dihadiri oleh dosen dari FISIP maupun FAHUT, anggota Center for International Forestry Research( CIFOR), mahasiswa antropologi hingga mahasiswa yang berasal dari Jepang yaitu Fumikazu Ubukata dari Okayama University dan Daisuke Naito dari Research Institute for Humanity and Nature [RIHN], Kyoto JAPAN.
Sebelum masuk pada kuliah umum Andrew P. Vayda, kegiatan ini diawali oleh penampilan dari kelompok seni komunitas Polelea, dengan judul ‘nyanyian hulu’ yang dipimpin oleh Akbar Dian, S.Sos.
Andrew P. Vayda merupakan staf pengajar dan professor dalam bidang antropologi dan ekologi. Selain itu, Prof. Andrew P. Vayda juga merupakan pengajar di Universitas Indonesia (UI), Universitas Mulawarman dan Institut Pertanian Bogor (IPB). Andrew P. Vayda juga aktif sebagai senior di CIFOR.
Dalam kuliah umumnya, Prof. Andrew P. Vayda menekankan melalui moderator, Muh. Nasrum, S.Sos, M.Sc bahwa dalam public lecture tersebut menjelaskan mengenai efek yang ditimbulkan dari kebakaran hutan gambut. Prof Andrew P. Vayda ingin menjelaskan secara lebih dari apa yang telah dituliskan di tema mengenai kebakaran hutan yang sulit dikendalikan hingga sebab-sebab terjadinya kebakaran. Menurut Prof. Andrew, sawit juga merupakan penyebab terjadinya kebakaran di lahan gambut.
Sehubungan dengan ilmu antropologi, Prof. Andrew P. Vayda menegaskan bagaimana posisi seorang antropolog lingkungan dapat bermain dalam sebuah penelitian interdisipliner yang menjelaskan siklus perubahan lingkungan tersebut. Seperti dalam papernya yang berjudul Causal Explanation for Environmental Anthropologists , Andrew P. Vayda menjelaskan “My ultimate concerns in this chapter will be with roles that environmental anthropologists can play in interdisciplinary research to answer questions about why environmental changes occur or don’t occur and with some particular ways in which those roles can be or should, in my view, be performed” jelasnya.
“I will present a brief exposition of methodological arguments that I and others have been developing about how causal questions, such as those about why environmental changes occur or don’t occur, should be answered. With illustrations drawn from wildfire related research in Indonesia and elsewhere, I will then proceed to consider in detail what the arguments imply in regard to how and when anthropologists can effectively join bio-physical scientists in seeking answers to environmental change questions” tambahnya.
Inti dari paper tersebut kemudian lebih menekankan pada segi metodologis, antopolog mengefektifkan bergabung dengan ilmuwan bio-fisik dan mengungkap penelitian mengenai wildfires yang terjadi di Indonesia dan menjawab pertanyaan atas perubahan-perubahan lingkungan tersebut.
Sehubungan dengan penjelasan Prof. Andrew P. Vayda, Muh. Nasrum, S.Sos, M.Sc selaku moderator menambahkan bahwa di masa sekarang lahan tersebut menjadi mudah untuk dibakar.
“6 juta hektar lahan di Kalimantan dan Sumatra terbakar sehingga berdampak terhadap iklim yang dapat kita rasakan sampai saat ini” lengkapnya menutup kegiatan pada hari itu.
Penulis : Raisa Alatas/Humas Untad