Universitas Tadulako (Untad) di bawah kepemimpinan Prof Dr Ir Muhammad Basir SE MS., semakin mengukuhkan diri untuk maju. Arah kemajuan itu tidak hanya di tataran regional atau nasional, tetapi juga sampai pada tataran internasional. Hal itu ditandai dengan kedatangan 17 mahasiswa asing yang akan mengikuti program kelas internasional di Untad mulai tahun ajaran 2015/2016.
Rektor Untad, dalam beberapa kesempatan mengatakan bahwa animo mahasiswa asing untuk mengenyam pendidikan di Untad sangat tinggi. Tingginya animo itu tentu saja menjadi tolak ukur bahwa Untad sudah diperhitungkan di kancah internasional. “Pendaftar dari Thailand, Vietnam, dan beberapa negara lain sangat banyak. Kami akhirnya harus menyeleksi. Bahkan, dari Timor Leste, pendaftar mencapai 23 orang, dan yang kami terima hanya empat orang,†ujar Prof Basir.
Lebih lanjut, Prof Basir menyampaikan bahwa 17 orang mahasiswa asing itu akan tiba di Untad pada 15 Mei 2015. “Secara resmi, mereka akan diterima pada Senin (18/5) di Media Center Untad. Para mahasiswa itu akan menempati sembilan program studi, yaitu Pendidikan Bahasa Indonesia 2 orang, Pendidikan Kimia 2 orang, Ilmu Komunikasi 2 orang, Agribisnis 2 orang, Agroteknologi 1 orang, Peternakan 2 orang, Teknik Sipil 2 orang, Manajemen 2 orang, S2 Ilmu Pertanian 2 orang, dan S2 Manajemen 2 orang,†kata Prof Basir.
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Pengembangan dan Kerjasama, Prof Dra Mery Napitupulu MSc PhD., yang dikonfirmasi melalui surat elektronik menjelaskan bahwa ketujuhbelas mahasiswa itu akan mengikuti program bimbingan bahasa Indonesia. Program bimbingan itu akan dilakukan selama 10 minggu. “Kegiatannya akan dilakukan secara intensif, mulai dari pukul 9 sampai pukul 16. Ini dilakukan agar saat perkuliahan dimulai, mahasiswa diharapkan sudah dapat berinteraksi dengan bahasa Indonesia,†ujar Prof Mery.
Adapun ketujuhbelas mahasiswa itu adalah Pham Hieu Nhat, Doan Phi Long, Le Anh Thu, dan Nguyen Van Cong dari Vietnam; Anas Mohamed Serageldeim Sayed Yhya Ibrahim, dan Loay Mohamed Seragelden Sayed Yehia dari Mesir; Adree Madman, Hasun Hayeekosaeng, Areeya Milehman, Suraina Somnuek, Nussara Sriamad, dan Lateefah Chukeaw dari Thailand; Paulinus Mendes Efi, Anita Natalia Lourdes Da Silva, Paulo Felisberto C. V. Freitas, dan Gabriela Moniz Da Silva dari Timor Leste, serta Samantha Kama Magok dari Papua Nugini.