Para pemuda merupakan generasi penerus bangsa. Sebagai generasi penerus bangsa, masa depan Indonesia berada di tangan pemuda. Demikian pula halnya dengan Provinsi Sulawesi Tengah. Salah satu hal yang dilakukan untuk itu adalah dengan mempersiapkan mahasiswa dan pemuda menjadi diplomat atau agen perdamaian.
Untuk itu, dalam mempersiapkan pemuda yang siap bersaing untuk mengantarkan kemajuan daerah dan bangsa dengan semangat perdamaian, Universitas Tadulako (Untad) bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) Diplomasi Budaya Damai pada Generasi Muda. Kegiatan ini digelar pada 17 sampai dengan 20 April 2016 di Hotel Mercure Palu.
Bimtek itu merupakan Bimtek Tahap II dengan melibatkan 100 orang peserta. Artinya, pada kegiatan sebelumnya dua minggu lalu, telah dihasilkan 100 orang pemuda yang siap menjadi agen perdamaian. Hal itu disampaikan langsung oleh Ketua Panitia, Dr H Lukman Nadjamuddin MHum di sela-sela kegiatan.
Para pemuda itu, ujar Dr Lukman, telah berikrar menjadi agen perdamaian di tempatnya masing-masing, baik di kampus, maupun di komunitas dan daerahnya. Berkenaan dengan itu, hal yang disampaikan oleh Dr Lukman terbukti dengan antusiasme peserta Bimtek dalam menerima setiap materi, baik itu dari narasumber maupun dari fasilitator kegiatan.
“Kegiatan ini bertujuan membentuk mahasiswa Untad dan pemuda Sulteng menjadi diplomat perdamaian. Ke depan, mahasiswa Untad dan pemuda Sulteng harus berada di garda terdepan sebagai agen perdamaian,” jelas Dekan FKIP Untad.
Dalam setiap sesi, peserta yang terdiri atas perwakilan mahasiswa Untad, IAIN Palu, Unisa Palu, Unismuh Palu, STAH, Unsimar Poso, Unkrit Tentena, dan komunitas suku di Sulawesi Tengah itu menyimak pemaparan narasumber dan fasilitator, serta mengajukan pertanyaan yang berkenaan langsung dengan penerapan semangat perdamaian.
Lebih lanjut, materi yang disampaikan juga beragam, di antaranya cara berkomunikasi, kebudayaan, dan ketadulakoan. Salah satu pemateri, yaitu Rektor Untad, Prof Dr Ir Muhammad Basir Cyio SE MS. Prof Basir Cyio menyampaikan materi mengenai Kompetensi Komunikator dalam Komunikasi Budaya.
Sebagai agen perdamaian, ujar Prof Basir Cyio, para pemuda harus memiliki kompetensi untuk menyinergikan keduanya. Hal itu dilakukan agar apa pun masalah yang dihadapi dapat diselesaikan dengan santun dan bermartabat.
“Perbedaan yang ada harus dipahami sebagai dinamika kehidupan. Tidak boleh kita terus-terusan memikirkan perbedaan itu. Begitu pun dengan pendapat kita, tidak boleh kita memaksakan pendapat karena ada pendapat orang lain yang harus kita dengarkan,” jelas Prof Basir Cyio.
Untuk itu, dalam mengarungi kehidupan, apalagi sebagai agen perdamaian, para pemuda harus mampu meramu cara berkomunikasi. Empat aspek penting patut dilakukan agar ide atau informasi yang disampaikan tidak saja diterima, tetapi dapat menyejukkan hati orang lain itu.
“Empat yang dimaksud itu adalah penyampaian pesan harus tepat orang, tepat isi, tepat metode, dan tepat instrumen. Empat itu harus terus beriringan, tidak boleh ada satu yang tertinggal karena jika ada yang tertinggal, orang itu akan gagal sebagai komunikator,” pesan Prof Basir Cyio.
Selain Prof Basir Cyio, pemateri lain yang menyampaikan paparannya adalah Drs H Syamsuddin H Chalid MSi, Prof Dr Sulaiman Mamar, dan Prof Mery Napitupulu. Peserta kegiatan yang terdiri atas 100 pemuda itu banyak mengajukan pertanyaan, terutama dalam berkomunikasi untuk menciptakan perdamaian di dalam komunitasnya. (tq)