PALU – Memasuki usia 34 tahun, Universitas Tadulako (Untad) telah memperlihatkan banyak kemajuan. Hal tersebut terlihat dari banyaknya capaian kemajuan yang telah dijangkau universitas pertama di Sulteng ini sejak berdirinya.
Pada Tahun 2014 silam, Untad masih berada pada peringkat ke 76 versi Webometric dan tahun ini naik ke peringkat 65. Semetara versi 4icu pada tahun 2014, Untad berada dalam posisi 114, dan saat ini berada pada peringkat ke 68. Bahkan khusus untuk peringkat exellence rank versi Webometric, Untad berada dalam posisi 50 bulan Juli 2015 lalu dan pada Agustus 2015 ini bergerak naik ke posisi 30 dari 408 perguruan tinggi yang disurvey di Indonesia.
Merujuk pada frame tersebut, Rektor Untad, Prof Dr Ir Muhammad Basir Cyio SE MS mengatakan Untad rentang waktu 2015-2019 diharapkan mampu memperkuat budaya “transformasi dan reorientasi” dengan cara mengurangi sikap pragmatis melalui pengokohan “analitical thinking” dalam rangka meminimalkan hal-hal yang masih tertinggal dan mengejar hal-hal yang berkemajuan.
“Budaya tersebut bertumpu pada spirit ke-Tadulako-an sehingga karya akademik dapat memajukan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) sesuai dengan semangat visi Untad” tambah Rektor di tengah pidatonya pada Rapat Senat Terbuka dalam rangka Dies Natalis Untad ke 34 di Auditorium Untad, Senin (31/18) kemarin.
Bila melihat secara Hirarkis, lanjut Rektor, maka tergambar dengan jelas bahwa kita semua harus emngambil peran dalam proses penguatan kelembagaan sesuai dnegan tugas dan tanggung jawab kita masing-masing, agar pada saatnya institusi Untad dapat secara sistem terkawal menjadi organisasi yang sehat.
“Memang disadari bahwa komponen penilaian dan aspek yang digunakan dalam pemeringkatan perguruan tinggi kesemuanya menggambarkan dimensi Health Organisation. Untuk maksud tersebut sangat dibutuhkan yang pertama adalah kebersamaan, kedua integritas dan keteladanan, ketiga transparansi dan yang keempat rasa cinta dan bangga terhadap profesi,” tambahnya.
Baginya, hal yang terkait dengan rasa cinta profesi inilah yang sangat esensial. Sebab baik dosen maupun pegawai untuk tidak memosisikan profesinya hanya sekadar penggugur julukan “Unemployment”.
“Bila itu tumbuh dalam sukma, maka ketiga hal yang disebutkan lebih awal mejadi sia-sia. Kebersamaan, Integritas dan keteladanan serta transparansi tidak akan memberi resonansi dalam pengabdian bila cinta profesi ternyata berada dalam posisi yang terabaikan,” pungkasnya.
Dalam kegiatan tersebut selain hadir Civitas Akademika Untad, juga hadir Asisten Bidang Ekonomi Pembangunan dan Kesra Sekretaris Daerah Sulteng, Dr Ir Elim Somba MSc yang hadir mewakili Gubernur Sulteng sebagai Ketua Kehormatan Dewan Penyantun Untad, serta Isteri Gubernur Sulteng Ny. Hj. Nurmasyita Mang.(*)