PELATIHAN DePSA UNTAD HADIRKAN STAF KHUSUS MENRISTEKDIKTI

  • Post author:

Dr KH Abd Wahid Maktub: Untad Tidak Sekadar Deklarasi, tetapi Langsung Terapkan Intrumen Terarah

Dr KH Abdul Wahid Maktub, Staf Khusus Menristekdikti (Foto Taqyuddin Bakri)

 

 

“Salah satu ciri adanya kemajuan adalah responsif dan tanggap dalam menyikapi suatu tantangan. Universitas Tadulako membuktikan itu. Radikalisme yang telah menjadi isu global dapat diterjemahkan oleh Pak Rektor Untad dengan langsung mengimplementasikan kebijakan nasional melalui Pusbang DePSA ini. Bahkan, Untad adalah perguruan tinggi pertama yang menyikapi tantangan global ini dengan implementasi nyata”

Demikian disampaikan oleh Dr KH Abdul Wahid Maktub, Staf Khusus Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) saat menyampaikan materi Tantangan Masa Depan menuju Indonesia Unggul dalam Pelatihan Deradikalisasi dan Penguatan Nilai-Nilai Sosio-Akademik Angkatan III, yang diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan Deradikalisasi dan Penguatan Sosio-Akademik (Pusbang DePSA) Universitas Tadulako, pada Sabtu (9/9) di Convention Hall Hotel Sutan Raja.

Peserta Pelatihan Deradikalisasi dan Penguatan Nilai-Nilai Sosio-Akademik (Foto Taqyuddin Bakri)

 

 

 

Dr Abdul Wahid melanjutkan, dengan melakukan pelatihan, Untad membuktikan diri bahwa menangkal paham radikal tidak hanya dilakukan dengan deklarasi semata, tetapi jauh lebih mendalam dengan menyiapkan instrumen-instrumen yang jelas dan terarah.

“Sampai di Jakarta nanti, saya akan menyampaikan langsung kepada Pak Menteri bahwa Untad telah melatih kader-kader penerus bahwa dalam menangkal paham radikal dengan instrumen yang terarah berbasis penguatan sosio-akademik,” ujar Mantan Duta Besar Indonesia untuk Qatar itu.

Staf Khusus Menristekdikti juga berpesan kepada mahasiswa agar memanfaatkan masa depan dengan baik. Salah satu hal yang dilakukan adalah mempekukuh kualitas diri serta membentengi diri dari ideologi dan paham radikal, serta senantiasa menjaga silaturahmi dengan menjunjung tinggi nilai kesantunan dalam berinteraksi.

Rektor Untad, Prof Dr Ir H Muh Basir Cyio SE MS (Foto Taqyuddin Bakri)

 

Sementara itu, Rektor Untad, Prof Dr Ir Muh Basir Cyio SE MS menyampaikan bahwa kesediaan Dr Abdul Wahid Maktub menjadi pembicara dalam Pelatihan Deradikalisasi dan Penguatan Nilai-Nilai Sosio-Akademik merupakan anugerah bagi Untad, khususnya peserta pelatihan. Dengan pengalaman mumpuni yang dimiliki, mahasiswa Untad dapat tercerahkan tentang bahaya radikalisme dan mendapatkan asupan mengenai penyiapan diri menjadi penerus bangsa yang unggul dalam berbagai aspek.

Prof Basir Cyio menambahkan, pembentukan Pusbang DePSA merupakan bentuk komitmen Untad sebagai perguruan tinggi yang didirikan dan diselenggarakan oleh pemerintah untuk mewujudkan kehidupan kampus yang bebas dari perkembangan pengaruh ideologi dan paham radikal. Untuk mewujudkan kehidupan kampus yang bebas dari pengaruh radikal, jelas Prof Basir Cyio, dilakukan penguatan nilai sosio-akademik yang sejalan dengan tujuan pendidikan nasional.

Dalam implementasinya, Pusbang DePSA diberikan tanggungjawab untuk mendesain pelaksanaan kegiatan akademik. Dalam kaitan ini, termasuk pula membuat instrumen terkait dengan tujuan pencapaian kondisi deradikalisasi melalui penguatan nilai sosio-akademik kepada mahasiswa.

“Nilai sosio-akademik yang dimaksud berorientasi pada interaksi sosial mahasiswa Untad. Dimensi ini bertumpu di atas dimensi akademik sebagai penjabaran tridharma perguruan tinggi dan sejalan dengan tujuan pendidikan nasional. Dalam implementasinya juga, alumni pelatihan ini juga akan mendapatkan lisensi resmi untuk menjadi pemimpin dan pengurus lembaga kemahasiswaan, mulai tingkat universitas sampai tingkat himpunan profesi program studi,” jelas Rektor Untad.

Seperti pelatihan angkatan I dan II, pelatihan angkatan III juga diisi oleh materi dari para pemateri dan instruktur mengenai Manajemen Risiko Berkehidupan, Building Leadership, Pancasila sebagai Ideologi Negara dan Kesadaran Berkonstitusi Demi NKRI, Sejarah Radikalisme, Gerakan Sosial di Indonesia, dan Ancaman Destruktif terhadap Keutuhan Bangsa, dan Penguatan Etika dan Kultur Intelektual. (tq)