Debi Ahyard Rinaldi, Ungkap Kondisi Pendidikan Perbatasan Melalui Filem

  • Post author:

Debi, begitulah orang-orang biasa memanggilnya. Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik yang akhir-akhir ini ramai dibicarakan oleh Civitas Akademika dikarenakan kesuksesan filem garapannya menjadi filem favorit juri pada ajang Eagle Awards 2015.

Mahasiswa kelahiran Palu 22 Juli 1992 ini memiliki segudang pengalaman dalam berbagai ajang kompetisi. Misalnya saja ketika masih duduk di bangku sekolah dasar, Ia pernah meraih juara 1 Lomba baca puisi, juga menjadi Qori MTQ Tadarus Se-Kecamatan Banawa. Baru-baru ini, Debi berhasil menarik perhatian khalayak setelah tampil pada sebuah acara di salah satu staiun televisi nasional. Setelah berhasil meraih predikat filem rekomendasi juri pada ajang Eagle Awards 2015.

Sejak memasuki dunia kampus, pemuda yang memiliki hobi paralayang ini sebenarnya juga telah mengikuti banyak event perlombaan. Dengan semangat yang tak pernah padam, ia pernah meraih juara 2 dalam lomba perencanaan bisnis Eyouth Camp di Universitas Bakrie.

Tak berpuas diri dengan semua itu, pria yang juga bagian dari komunitas AnakUntad.com mulai berfikir untuk menginspirasi mahasiswa Untad agar mampu berbuat lebih dan menyumbangkan prestasi untuk almamater tercinta.

Dengan ide yang cemerlang bersama beberapa orang timmnya, Februari 2015 lalu mereka melakukan sebuah perjalanan yang bertajuk Ekspedisi Tabal Batas Pulau Sebatik. Perjalanan dengan niat yang penuh ketulusan, berbagi dan bermanfaat kepada anak Sekolah Tapal Batas, mengantarkan Debi pencapaian yang lebih fantastis dan membuka rahasia terhadap pulau sebatik yang merupakan perbatasan Indonesia dengan negeri Jiran Malaysia.

Memperkenalkan Tapal Batas kepada seluruh masyarakat Indonesia tidak semudah membalikkan telapak tangan. Berbagai cara telah dilakukan salah satunya dengan mengikutkan ispirasinya ke ajang filem dokumenter eagle awards 2015.

Idenya mulai muncul ketika mengikuti Roadshow Eagle Award Documentary Competition (EADC) di Universitas Tadulako beberapa waktu yang lalu. “Ide ini terinspirasi saat saya mengingat hasil-hasil riset di ekpedisi, ini kesempatan untuk membantu menyebarluaskan informasi mengenai pendidikan di Tapal Batas,” ungkapnya.

Bersama Runi yang juga sebagai ketua tim ekspedisi, bertekad mengikutkan karya mereka yang berjudul Sekolah Tapal Batas ke ajang Eagle Awards 2015 yang mengangkat tema Merajut Indonesia .

Untuk mencapai ke predikat filem pilihan juri, filem sekolah tapal batas ini melalui beberapa seleksi diantaranya seleksi 25 besar, 10 besar, hingga 5 besar yang sekaligus diundang dalam Pirteaching di Jakarta. Berkat usaha, kesungguhan, ketulusan, serta doa dari orang tua dan dukungan masyarakat Untad, Debi berhasil sampai ke 5 besar sekaligus meloloskan Sekolah Tapal Batas untuk diproduksi menjadi sebuah film oleh Metro Tv. .

Menurut Debi, Sekolah Tapal Batas memang layak untuk menjadi bagian dari EADC, karena pesan dari film itu sendiri adalah mengingatkan kembali negeri ini terutama pemerintah bahwa anak indonesia berhak atas pendidikan termasuk anak TKI yang bekerja di malaysia meskipun tanggung jawab pendidikan bukan hanya pemerintah tetapi seluruh masyarakat Indonesia.

Pembuatan filem Sekolah Tapal Batas yang sangat menginspirasi penonton tidak bisa hanya dengan berpangku tangan, namun harus sungguh-sungguh dan menuangkan ide-ide dengan sebaik mungkin. “Seperti tokoh dalam film kami yg mendedikasikan hidupnya untuk menggantikan negara menyediakan fasilitas pendidikan dan kesehatan bagi anak-anak TKI, mengorbankan karirnya sebagai dosen di Unhas,” jelasnya.

Tetapi pada akhirnya Debi dan Runny sukses mengantarkan filem Sekolah Tapal Batas menjadi filem pilihan juri dan mendapat sambutan hangat tokoh tanah air. Tim juri yang terdiri dari Cristina Hakim, Hanum Bramantyo dan Tino Saroenggalo yang membacakan nominasi pemenang pada malam penganugrahan mengatakan filem Sekolah Tapal Batas kuat dalam menggugah dan menceritakan peran anak bangsa di perbatasan.

“Filem Sekolah Tapal Batas kuat dalam menceritakan pentingya peran anak bangsa dalam membina kebangsaan di tapal batas negeri. Dengan kata lain rasa kebangsaan berkaitan dengan keberadaan yang bersangkutan yang berada dalam teroterial negara. Filem ini menceritakan tentang sekolah independen yang dibangun untuk kepentingan anak negeri diseberang perbatasan negaranya,” ujar tino mewakili juri.

Sementara itu, imam Prasojo sosiolog UI juga ikut memberikan apresiasinya terhadap filem ini. Bahkan menyumbangkan sepeda motor untuk mobilitas pengajar di Sekolah Tapal Batas. “Sekolah Tapal Batas menggugah kita tentang kepedulian, keiklasan, kerelaan dan juga semangat berkorban untuk generasi negeri ini,” tuturnya.

Singkat kata filem Sekolah Tapal Batas adalah filem yang menggugah dan layak mendapat tempat di tengah masyarakat Indonesia, filem besutan anak untad ini layak patut diacungi jempol.

Malam penganugrahan filem Dokumenter terbaik pada ajang Eagle Awards 2015
Malam penganugrahan filem Dokumenter terbaik pada ajang Eagle Awards 2015 (Foto : www Google.com)
Tim ekspedisi Tapal Batas bersama menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi S.Ag (Foto : Doc. Pribadi)
Tim ekspedisi Tapal Batas bersama menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi S.Ag (Foto : Doc. Pribadi)