PACU DAYA SAING DAERAH ; MENRISTEK BERI KULIAH UMUM DI UNTAD

  • Post author:

Indonesia adalah negara yang dikaruniai hampir semua prasyarat untuk mampu menjadi  kekuatan besar dalam perekonomian dunia. Penghasil terbesar karet nomor 2 di dunia. Penghasil timah terbesar nomor 2 di dunia. Peghasil terbesar kakao nomor 3 di dunia. Penghasil terbesar kelapa sawit nomor 1 di dunia.  Potensi wisata yang tinggi dan masih banyak lagi keunggulan Indonesia di mata dunia. Namun, berdasar data World Economic Forum, Indeks Daya Saing Indonesia 2013, masih berada pada urutan ke 38 di dunia. Jauh dari negara tetangga seperti Malaysia dan Siangapura. Demikian pengantar yang disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. H. Gusti Muhammad Hatta, MS, dalam kuliah umum yang disampaiakan pada Jum’at (14/02)

“Peranan Lembaga Pendidikan dalam Peningkatan Daya Saing Daerah” adalah tema  pada kuliah umum yang digelar di Research Centre. Prof. Gusti, dalam kuliahnya juga menjelaskan bahwa ada 12 kriteria yang harus dipenuhi Indonesia dalam membangun daya saing di kanca dunia. Dua terpenting dianatarnya, inovasi dan kesiapan teknologi. Di bidang inovasi negeri ini baru saja berada di posisi 33 di dunia dan kesiapan teknologi Indonesia berada di posisi 75 di dunia. Itu artinya, Indonesia belum siap betul di bidang teknologi.

Menteri Ristek yang juga akademisi di Unlam ini, mengungkapkan perlu adanya peningkatan teknologi untuk memenuhi target yang mendorong daya saing bangsa. Rancana kerja kementrian yang menargetkan di setiap daerah dapat menujukkan keunggulan daerahnya. Dalam pada itu, sejauh ini kementrian Riset dan Teknologi RI tengah melakukan rintisan pembinaan di tiap-tiap daerah dengan membangun pusat-pusat unggulan,   seperti pusat unggulan kelapa sawit  di Medan dan beberapa pusat unggulan lainnya yang sementara dalam pembinaan.

“Harapan besar saya, terbentuk pusat unggulan di seluruh Indonesia” tutur Prof. Gusti. Khusus sulawesi tengah juga memiliki potensi yang besar. Sulawesi Tengah memiliki pertambangan emas dan batu bara. Di sektor pertanian ada sawit dan kakao. Di sektor peternakan terdapat potensi besar peternakan sapi.  Ini menjadi tantangan bagi Universitgas Tadulako. “Apakah juga bisa menjadi pusat unggulan pakan ternak hewan ruminansia ?” Ungkapnya.

Kuliah umum semakin bernuansa ketika di buka sesi diskusi. Dr. Ir. Nur Sangaji, DEA, berkomentar terkait  urutan-urutan negara dalam indeks daya saing bangsa yang menempatkan indonesia pada urutan yang belum baik. “Jangan takut orang memasukan banyak bola di gawang kita. Tapi kita harus membalas lebih banyak lagi ke gawang mereka” ungkapnya sebagai ilustrasi untuk negeri ini. Daya saing bangsa harus terus di dorong dengan peningkatan kualitas sumber daya dan teknologi.

Adiatma, mahasiswa FKIP sebagai penanya terakhir, menanyakan tentang sudah sejauh mana perhatian Kementrian Riset dan Teknologi RI terhadap mahasiswa ? dengan melihat mahasiswalah sebagai pemegang estafet kemajuan bangsa ini. “Kementrian Pendidikan dan Kebudayaanlah yang punya kewenangan terhadap Perguruan Tinggi. Namun,  Kementrian Ristek tetap berupaya untuk memfasilitasi mahasiswa. misalnya dalam bentuk penelitian.” Tutup Mentri Ristek RI. (Raf)